by

Syarat dan Isyarat Multatuli

Oleh : Sobar Harahap

Ganjar Pranowo berkunjung ke Museum Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Provinsi Banten. Memasuki ruangan, ia disambut wajah Multatuli yang terbuat dari kaca, dengan sepenggal pesan singkat yang begitu dalam maknanya: Tugas manusia adalah menjadi manusia.

Multatuli atau Eduard Douwes Dekker, memang tidak bisa hilang dari ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Terlebih bagi masyarakat Lebak. Ia menjadi simbol perjuangan yang memihak rakyat kecil. Kunjungan Ganjar ke museum itu pun, mampu meniupkan banyak cerita sejarah.

Di masa Hindia Belanda, tanah Lebak sarat akan kesedihan. Pribumi banyak yang menderita, bukan hanya di tangan kolonial, namun juga penguasa lokal seperti bupati hingga demang, yang tak kalah kejamnya. Tanam paksa hingga pajak tinggi yang mencekik, adalah potret sewenang-wenangan yang terjadi pada masa itu.

Sebagai Residen Lebak, Eduard Douwes Dekker merekam semua pemandangan pahit itu, dan kemudian menuliskannya lewat romannya Max Havelaar, yang mampu menggemparkan dunia internasional. Ekploitasi terhadap masyarakat bumiputera pun perlahan-lahan bisa dihentikan.

Kisah-kisah itu tentu menjadi tamparan keras bagi para pemimpin hari ini untuk tidak berbuat sewenang-wenang hanya karena memiliki jabatan, apalagi sampai melakukan segala cara demi meraup keuntungan pribadi.

Dengan mengunjungi museum itu, saya yakini Ganjar sedang mengingatkan diri sendiri untuk terus berdiri bersama rakyat. Tugas itu memang tidak mudah, sebagai pemimpin pastilah ada saja godaan-godaan yang selalu menerpanya.

Namun dengan menyelami kisah Multatuli, kesadaran itu artinya benar-benar telah dipahami Ganjar Pranowo. Bahwa hak-hak rakyat haruslah dijunjung.

Jika Multatuli memerdekaan rakyat kecil dengan kata-kata, maka seorang pemimpin hari ini berjuang dengan program-program dan kebijakan yang bermuara pada kesejahteraan rakyat.

Jika menengok kepemimpinan Ganjar di Jateng, program-program Ganjar memang selalu bersentuhan dengan masyarakat kecil. Ia mencipatakan sekolah asrama gratis, hingga merenovasi satu juta lebih rumah tak layak huni milik warga miskin.

Di sektor pertanian, Ganjar juga membangun seribu lebih embung untuk irigasi pertanian. Para petani yang sebelumnya menjerit di musim kemarau, kini bisa tersenyum bahagia karena sudah ada embung besar yang menyimpan air. Petani yang tadinya hanya bisa tanam dua kali, sekarang bisa tiga kali panen.

Setiap kejadian di masa lalu selalu menorehkan pelajaran yang besar di kemudian hari. Begitupun dengan kisah masa lalu di tanah Lebak. Karya Multatuli terus hidup hingga hari ini. Ia membuka kesadaran bersama, bahwa tak ada tempat bagi kepongahan dan kesewenang-wenangan.

Pada akhirnya saya hanya bisa berharap pada Ganjar Pranowo, teruslah sedekat ini dengan masyarakat, jangan bosan mendengar aspirasi. Sebab itulah yang kita butuhkan dari pemimpin hari ini.

Sumber : Status Facebook Sobar Harahap

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed