Oleh : Karto Bugel
Ketika banyak orang berkumpul dalam ramai dan gembira diselingi yel – yel dengan narasi sederhana, itu bicara rakyat. Itu bicara entitas wong cilik.
Di kota Solo itu terjadi. Itu dimulai dari hadirnya seorang biasa saja. Kurus badannya, bicara. Bahkan beberapa orang sempat memilih diksi kumal sebagai ranah mempertegas. Tanpa polesan, dia maju apa adanya.
Pada 2005, dia yang sama sekali tidak dikenal oleh publik apalagi partai politik, entah bagaimana caranya tiba – tiba dibicarakan rakyat. Partai milik wong cilik (saat itu) “memungut” dia yang tak ada dalam list pantas seorang calon Walikota.
Dan dia menang. Partai wong cilik bersama wong cilik ternyata mampu mempecundangi sistem demokrasi yang sedemikian rupa telah disusun agar hanya para oligarki dan kapitalis terus berkuasa.
Tak hanya itu, panggilan semesta pun seolah terus mendesak dan membawanya jauh. Dia terus dan terus terbawa arus besar bernama rindu rakyat akan hadirnya seorang pemimpin merakyat.
Dan dia benar menjadi Presiden setelah hanya dua tahun menjabat Gubernur Jakarta.
Dia bernama Joko Widodo. Dia diangkut dengan menggunakan kendaraan wong cilik, PDI Perjuangan. Itu dulu….
Kini, masih tak banyak berubah dengan Jokowi, namun, sepertinya tidak dengan PDIP. Partai wong cilik itu seperti lupa bahwa bal – balan (sepak bola) adalah hiburan rakyat. Aktivitas paling menghibur untuk wong cilik.
Gembira rakyat itu seolah direnggut dan lalu dipertaruhkan hanya demi mencari bukti kesetiaan salah satu kadernya. Pilih Presidennya wong cilik atau partai yang dulu juga milik wong cilik, kira – kira demikianlah bunyi permainan itu.
Dan partai pun mendapat kesetiaan. Dia yang konon sudah lama banget dikader oleh presidennya wong cilik untuk tetap menjadi wong cilik agar mampu mendengar jerit wong cilik telah memilih jalannya sendiri.
“Apa buktinya bahwa pilihan partai saat ini bukan harapan wong cilik seperti Jokowi dulu pernah?”
Jelata hingga pesohor dalam macam – macam predikat, artis hingga entrepreneur ramai – ramai bicara salam dua jari pada 2014 yang lalu. Ramai – ramai mereka membicarakan sosok kurus itu dan rela bergabung dalam banyak organ relawan.
Baju kotak – kotak yang sangat fenomenal saat dia menuju DKI 1 adalah kisah lain tentang bagaimana antusias rakyat merindukan sosok merakyat yang bahkan hampir tak pernah terjadi selain di Filipina dengan baju kuningnya saat peristiwa Corazon Aquino.
Hari ini, adakah selain kata hambar untuk mencari tautan sepi dan biasa – biasa saja atas pengumuman partai pada 21 April yang lalu?
“Trus apa hubungannya kalau partai sudah bukan milik wong cilik lagi?”
Adakah partai itu masih akan jumawa bicara milik wong cilik ketika hiburan wong cilik pun mereka renggut?
Mungkinkah hiburan wong cilik yang lama sudah dipersiapkan oleh Presiden milik wong cilik akan dibatalkan oleh mereka yang mengaku wong cilik?
Bila keberlanjutan kepemimpinan akan dapat diteruskan oleh wong cilik dan tahu kemana arah wong cilik ingin memilih , hanya Presiden milik wong cilik yang lebih paham.
Idealnya, presidennya wong cilik bersama partai wong cilik memang harus kembali bersatu.
Tapi tentu saja dengan peran seimbang dan saling menghargai. Selalu menempatkan Presiden Jokowi hanya menjadi petugas partai jelas bukan cara bijak memulai diskusi itu.
“Apa buktinya bahwa pak Jokowi belum sepakat dengan penunjukkan partai?”
“Saya dukung lho bang,” cuit Gibran di Twitter Sabtu 29/4/2023 saat menjawab @jash_wae yang mengunggah : “CATAT DAN INGAT BAIK-BAIK..!!! JANGAN BERIKAN SUARA KITA DI PEMILU 2024 PADA POLITISI DAN PARTAI YANG MENGGAGALKAN INDONESIA TUAN RUMAH #FIFAWORLDCUPU20“.
Sikap Walikota Solo yang notabene juga putra Presiden Jokowi sangat layak untuk dijadikan rujukan soal pak Jokowi sudah atau belum setuju pada sosok tunjukkan partai.
Sembari berharap partai wong cilik ini pulang pada fitrahnya, kembali pada jati diri yang pernah membuatnya menjadi partai raksasa, harapan tertumpah pada pak Jokowi.
Bukan semata karena dia PASTI BENAR dalam memilihkan sosok, tapi kekuatan relawannya lah satu – satunya cara melawan dominasi partai politik dalam sistem perpolitikan kita hari ini.
Beliau dengan relawannya punya posisi tawar sangat tinggi yang bahkan dapat mempengaruhi para pemilik partai. Saya masih menunggu suatu saat nanti beliau secara eksplisit bicara bukan lagi dalam tanda penuh interpretasi.
RAHAYU
Sumber : Status Facebook Karto Bugel
Comment