by

Program Solidaritas Kaum Sarngi

Oleh : Harun Iskandar

Ada teman FB yang sedikit emosi tanggapi program ‘Solidaritas’ sebuah partai sarngi. Judul program, ‘Solidaritas Tiga Pihak’.

Habis lucu banget programnya, seh. Layak diketawai. Selain juga melecehkan status seseorang. Status ‘Janda’. Teman saya itu, Nining Bunebch , nyebutnya sebagai ‘zandah’. Dan beliau sendiri juga seorang ‘zandah’ yang mampu hidup mandiri dengan perkasa. Jadi jelasnya, partai sarngi itu menyarankan agar anggotanya yang ‘mampu’, kalau ingin nikah lagi, nambah istri, pilih yang berstatus janda. Nurut logika mereka, para zandah itu perlu ‘dibantu’ agar anak2 mereka, yang yatim, ndak terlantar. Nawaitunya bagus, nolong anak2 yatim. Tapi ‘dibelokkan’ jadi nikahi para zandah. Asal sesuai dan tidak melanggar sarngi dan hukum. Nabi juga lakukan itu, kata pencetus program. Nabi lagi, Nabi lagi . . .

Coba bandingkan dengan ‘program’ Pemerintah Kabupaten Bondowoso, lewat Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB).’ Para Perempuan terutama yang menjadi tulang punggung keluarga, agar ber-inovasi dalam ber-produktivitas’. Kata KaDin-nya. Jadi para perempuan, utamanya janda, yang ditinggal mati suaminya, yang kebetulan seorang Pekerja Migran, TKI, atau para wanita eks atau yg niat mau jadi TKI, akan diberi pelatihan agar ‘mandiri’. Nantinya, para janda yang suaminya TKI, akan punya penghasilan pengganti, dan para eks TKI Perempuan, hasil kerjanya dari luar negeri, ndak habis sia-sia. Jadi modal produksi . . .Sama kan ? Dengan program partai sarngi itu ?Sayang ndak ‘sebangun’, apalagi ‘sebentuk’. Partai sarngi anggap para zandah sebagai ‘obyek’ dan ‘beban’. Pem-Kab Bondowoso berpikir para perempuan adalah ‘subyek’ dan ‘mampu’ minimal ‘berpotensi’ untuk mandiri.

Anggota dan Pimpinan Partai ‘sarngi’ itu rupanya belum pernah tahu. Betapa ulet, inovatif, dan progresifnya para perempuan Indonesia. Coba lihat para perempuan Madura, atau Bali, yang begitu ‘gagah-perkasa’. Betapa uletnya para ‘mbok2’ kuli angkut di pasar Bering Harjo atau pasar tradisional lain. Dan ribuan lagi para perempuan pekerja ‘lapangan’ di seluruh penjuru negeri yang bisa diambil sebagai contoh. Bukan perempuan ‘kaleng-kaleng’. Betapa banyak pekerja kantoran wanita, yang sudah duduki jabatan puncak, baik swasta, pegawai negeri, wirausahs, tentara atau polisi. Begitu cerdas, dan bergas. Smart.

Herannya lagi, program yang ‘melecehkan’ kaum Ibu itu, termasuk Ibu mereka sendiri, di klaim disetujui oleh para Ibu. Tentu saja, mungkin, para Ibu anggota atau simpatisan partai sarngi itu. Teman FB saya, yang zandah dan mandiri, layak jika emosi. Dia pun menulis tanggapan dengan lantang “Fix ya. Ga da kata coblos atau contreng bagi partai selangkangan ini !””Lagian jangan salah. Zandah-zandah jaman sekarang, apalagi yang masih waras, belum tentu mau di voleygame,” “Sekarang ini banyak koq, zandah yang dapet jodoh bujangan ORI,” Ditutup dengan emoji ketawa ngekek dan ngejek . . .

Begitulah . . .Memang ternyata ada di Indonesia, sebuah partai yang punya ‘visi dan misi’, ‘Lebih Baik Panjang Kelamin, daripada Panjang Akal’ . . .Ini Indonesia, Bung !Wwk wk wk . . .

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed