Oleh : Rika Sudjiman
Makin ke sini, sifat asli bacapres Prabowo Subianto kembali muncul. Arogansinya sebagai capres semakin membumbung, apalagi dukungan presiden Jokowi sudah mengarah kepadanya lewat Gibran. Prabowo yang katanya sudah berubah pasca masuk di kabinet Jokowi, nyatanya hanya sebuah kamuflase saja untuk menarik simpati rakyat. Itu hanya bertahan sebentar, karena sifat aslinya sudah diperlihatkan kembali.
Hal itu nampak pada saat dia mengutarakan keengganannya dengan barisan buruh. Sudah menjadi hal umum jika bacapres menampung aspirasi rakyat guna penyusunan progam 5 tahun ke depan. Semua harus didengar tanpa pandang bulu dia berasal dari kalangan mana. Para buruh yang sedang berusaha menyampaikan tuntutannya kepada bacapres, harus mendengar selorohan pedas Prabowo yang tidak peduli dengan nasib upah para buruh.
Mereka yang kerap menjadi korban dari para pengusaha, kembali menyuarakan tuntutannya untuk menerima hak dengan semestinya. Tapi Prabowo hanya mengunggulkan fasilitas yang memang sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melindungi hak buruh. Bagaimana dengan upah yang mereka dapatkan, sudah sesuai belum dengan garapan yang mreka kerjakan?
Bukannya menampung aspirasi dan mengajak warga duduk bersama untu mencapai kesepakatan bersama, dia justru melarang buruh untuk menuntut pengusaha untuk menaikkan upah. Karena dari tuntutan itu dinilai Prabowo sebagai problem yang dapat membuat pengusaha lari ke negara lain.
Jiwa pebisnis Prabowo yang tidak mau rugi muncul, padahal saat ini seharusnya dia memposisikan diri sebagai capres. Dia tidak mau melindungi warga dari elite corporate? Kesejahteraan rakyat digadaikan dengan keuntungannya sendiri? Sontak hal itu menggiring publik pada rekam jejaknya yang bercerita kelam dengan barisan buruh pabrik PT Kiani, perusahaan kertas miliknya yang kini sudah berganti nama. Kabar terakhir ribuan buruh disana tidak digaji dan Prabowo tidak berupaya untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut.
Jahat bukan? Demo sudah dilakukan para buruh untuk memperjuangkan hak mereka, tapi sampai sekarang problem itu masih menggantung tanpa penyelesaian dari empu penanggungjawabnya. Begitukah sikap seorang leader? Apalagi itungannya sebagai pemimpin negara dari kurang lebih 280 juta jiwa rakyat Indonesia sekarang sedang diperjuangkan.
Tapi melihat pernyataannya yang menyulut kekesalan buruh, kita tahu rekam jejak buruknya mengabaikan kesejahteraaan buruh. Satu masalah yang krusial ini dianggapnya tidak penting. Karena dia tidak merasakan situasi yang menimpa rakyat kecil hari ini, yang kesusahan mencari uang untuk sesuap nasi, yang terus mengais rezeki agar anaknya bisa tetap menuntut ilmu di lembaga pendidikan terbaik.
Prabowo tidak merasakan susahnya membeli susu dan bagaimana mencukupi kebutuhan rumah tangga. Karena dia lahir dari keluarga yang lebih dari mampu membeli susu berkualitas terbagus untuk anaknya. Karena dia adalah anak pejabat yang sudah disodori kemewahan dari lahir.
Buruh hanya sangat menyayangkan perbuatan Prabowo yang bersikap sebagai seorang pebisnis, tidak mau rugi demi pekerjanya. Apakah besok jg akan berlaku jika prabowo diberi kepercayaan oleh rakyat? Jelas karena rekam jejak sudah menjawab, dan hal itu kembali digaungkannya hari ini dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, bahwa memang benar tujuannya menjadi presiden adalah berkuasa bukan menyejahterakan rakyat.
Sumber : Status Facebook Rika Sudjiman
Comment