by

Cilukba Jokowi

Oleh : Septian Raharjo

Wajah Jokowi sudah terpampang di banyak tempat di berbagai institusi negara. Namun menjelang Pilpres 2024 kali ini, bukan tidak mungkin gambar itu tak lagi sekedar pajangan. Ia akan menjadi gambar hidup, yang bisa mengedipkan mata sekaligus menguping isi pembicaraan.

Ada lelucon getir di tengah masyarakat: zaman dulu orang harus menumpahkan darah untuk menjadi pemimpin, sekarang cukup sedarah saja. Kecurigaan Jokowi tak akan netral pada Pilpres kali ini, tentu sebuah reaksi yang alamiah. Ikatan darah adalah hubungan yang susah dicemari. Dan itulah fakta yang perlahan-lahan mulai bisa kita lihat sekarang.

Jokowi sudah meminta secara khusus kepada Kementerian Kominfo untuk memantau sentimen negatif pada Gibran. Hari ini yang sedang viral, wakil menteri desa juga terekam mengondisikan untuk memenangkan Gibran dalam sebuah tugas kedinasannya.

Dalam rapat bersama sejumlah Pj. Kepala daerah yang dikumpulkan di istana, Jokowi juga mengatakan akan mengevaluasi kinerja mereka setiap hari dan tidak segan-segan mencopot jika ada yang ketahuan miring. Bayangkan setiap hari, seakan-akan tidak ada Mendagri.

Tentu saja ‘miring’ yang dimaksud Jokwowi bisa multitafsir, namun ketika alat-alat negara sudah dikerahkan seperti yang kita lihat sekarang ini, pesta demokrasi yang mestinya menyenangkan menjadi sesuatu yang mencekam dan mengerikan.

Mahkamah Konstitusi dikondisikan untuk menata aturan, berlanjut pada langkah aneh KPU yang menerbitkan PKPU. Tidak cukup sampai di situ, partai politik pun juga sudah dikondisikan untuk mempermulus jalan Gibran. Memang sangat mengerikan konspirasinya.

Sistuasi ini mirip dengan suasana yang digambarkan dalam novel 1984, George Orwell, dimana pemerintah menebarkan mata-mata di setiap sudut rumah-rumah warga dengan memasang alat pekeram untuk menyadap isi pembicaraan. Jika ada yang berani berbelot, akan langsung diburu.

Aku pun membayangkan Jokowi akan memasang orang-orangnya di berbagai tempat untuk memantau dan mengawasi. Ketika ada lembaga yang benar-benar netral, atau bahkan mempunya pilihan lain secara pribadi, Jokowi bisa tiba-tiba menyelinap dan langsung memberikan cilukba sambil meringis. Jujur saja, aku merinding membayangkan situasi itu.

Investigasi Majalah Tempo pekan ini juga mengungkapkan, Jokowi memang sengaja menyiapkan Gibran. Partai Golkar bahkan kemudian disandera terkait kasus hukum Airlangga dugaan korupsi izin ekspor minyak sawit mentah, dan sebagai ganti mesti bersedia mengusung Gibran. Bahkan, dari investigasi yang sama, Jokowi diketahui berkomunikasi dengan Ketua MK untuk memuluskan Gibran. Anwar Usman pun kemudian melobi hakim-hakim lain untuk meloloskan gugatan soal usia.

Memang banyak keanehan-keanehan yang kita lihat dari Jokowi di periode kedua kepemimpinannya ini. Dia seperti berada di lingkaran toxic. Apalagi tujuan Jokowi kalau tidak untuk mengawetkan kekuasaan? Kita tahu ada banyak skenario yang dilakukan Jokowi sebelum Gibran maju. Dari mulai tiga periode, perpanjangan masa jabatan, hingga menduetkan Prabowo-Gibran. Namun semua itu gagal. Jalan terakhir pun diambil dengan menanam Gibran. Sekalipun harus mengakali konstitusi, mengabaikan moral dan etika.

Tentu saja pemerintah dan koalisi yang ugal-ugalan semacam itu hanya bisa dihadapi dengan kekompakan, dengan persatuan yang kokoh. Aku yakin anda pun tahu caranya agar mereka yang sudah menghalalkan segala cara ini tumbang dengan sendirinya.

Sumber : Status Facebook Septian Raharjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

News Feed