Oleh : Ahmad Sarwat
Buat saya nonton tv teresterial itu menyebalkan, bukan karena kualitas siaran tv kita yang gak mutu, tapi urusannya karena saya amat sangat merasa terganggu dengan sampah-sampah iklan nya.
Buat saya benar-benar wasting time banget, lagi asyik lihat tayangan, tiba-tiba diputus iklan lewat. Sampai muncul singkatan RCTI, ramai cerita tiba-tiba iklan.
Benar-benar gak mutu abis lah pokoknya tayangan iklan menyebalkan.
Untungnya ketika saya pindah Mazhab ke YouTube, iklannya bisa diskip. Memang masih ada iklan, tapi barangkali pencipta YouTube nampaknya juga benci tapi rindu dengan iklan.
Jadi iklan silahkan nongol, kan sudah bayar juga. Tapi kenikmatan pemirsa tetap diperhatikan juga, setidaknya disiapkan tombol skip. Kalau males nonton iklan, skip aja. Itulah Mazhab pertengahan versi YouTube.
Tapi yang terlalu amat sangat menyebalkan adalah kalau sudah baca portal berita. Beda jauh dengan masa awal, dimana iklan ada tapi tidak sampai menutupi konten utama.
Tapi hari gini saya nyaris sama sekali males banget baca berita di internet. Bukan apa-apa, berita hanya seuprit, iklannya bejibun saling berlomba rebutan ingin menutup isi berita.
Lebih mengenaskan lagi, hampir semuanya ijma’ untuk menipu pembaca berita, dengan bermain-main dengan judul-judul bombastis, sedangkan isinya sama sekali tidak ada hubungannya sedikit pun.
Buat saya yang sejak dulu suka dengan dunia jurnalistik yang jujur, bersih dan akurat , fenomena macam ini adalah azab, kutukan, bencana, sejuta topan badai dan kiamat kubro.
Keagungan ilmu jurnalisme yang dulu saya kagumi telah diinjak-injak oleh para jurnalis hari ini. Moral bejat dan tidak ada akhlak sudah jadi bagian dekadensi moral yang tidak terbendung.
* * *
Sejak zaman media dan para jurnalis masih bermoral dulu, saya sebenarnya sudah rada anti tayangan iklan. Kalau pun sebagai media pemberitaan kita harus cari pemasukan, dalam konsep saya harus yang sangat bermoral.
Kalau pun ada iklan, secukupnya saja. Jangan sampai media online kita isinya hanya sampah iklan. Jangan sampai kepentingan para sponsor mendominasi.
Itulah mengapa pada akhirnya saya mengundurkan diri dari media tempat saya bekerja. Buat saya, iklan tidak harus mendominasi. Sekedar ada saja sih oke, buat pemanis. Tapi kalau iklan kok jadi dominan, sudah sudah menilainya sebagai ‘pelanggaran aqidah dasar’.
Ibaratnya sudah murtad dan keluar dari ajaran baku Mazhab jurnalistik saya.
Oleh karena itulah ketika saya kemudian membangun kembali website yang 100% sahamnya milik saya, saya pun sama sekali tidak pasang iklan. Tidak itu model market place atau pun banner.
Kalau pun di web rumahfiqih.com ada link buku -buku yang dijual, niat dasarnya bukan semata iklan dan memang bukan iklan.
Judulnya untuk memberitahukan bahwa kami ini selain jadi penceramah juga pada rajin menulis buku. Buku itu buku saya dan para ustadz di rumahfiqih.com, kami yang nulis dan kami juga yang tampilkan buku itu.
Dan sama sekali tidak ada tarif iklan untuk buku yang termuat di website ini. Cuma kalau ada yang tertarik mau beli, silahkan saja. Bisa di klik dan ada link-nya.
Maka selain buku yang kami tulis sendiri, pasti tidak akan ada iklan produk apapun.
Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat
Comment