by

Mewaspadai Jurtnalisme Pernyataan

Oleh: Mas Dimas

Dalam jurnalisme pernyataan, apa yang tersaji di media massa merupakan bahan kasar jurnalisme. Desas desus, sindiran, dugaan, tuduhan, tuntutan, perkiraan dan hipotesis hipotesis – disampaikan narasumber dan pewawancaranya, kepada media secara langsung.

Bahan bahan itu kemudian menjadi produk (‘jurnalistik’).

Pelan pelan, setahap demi setahap dan sesegera mungkin, dengan muatan aspek daya tarik dan provoatif (pernyataan pernyataan yang masih kasar itu berubah) menjadi poin utama.

Mengutip catatan Bill Kovach dan Tom Resentiel, dalam buku ‘Blur’ (Bagaimana mengetahui kebenaran di era banjir Informasi ) – jurnalisme ini sama seperti stenograf, teknik menulis cepat. Wartawan bertindak sebagai penyalur bebas dan ketergantungan pada sumber dan pembuat berita adalah jantung persoalan. Ada kepasifan akut.

Di televisi, di media cetak atau online, tanda utama jurnalisme pernyataan adalah para pembuat berita mengutip ulang inti pembicaraan tanpa diuji.

Budaya ketergesaan telah mengubah hubungan antara peliput dan pembuat berita. Kekuatan penulis dan pengirim berita dengan sengaja diserahkan oleh wartawan kepada sumber informasi, tempat mereka bergantung untuk mengisi jam siaran.

Dalam jurnalisme pernyataan, sumber menduduki posisi untuk mendikte ‘term of use’ pemberitaan. Itulah mengapa pejabat dan narasumber yang mengubah kontrol pesan ke publik, memilih tampil di siaran langsung.

Mereka bisa ngomong apa pun, seenak udelnya, pidato panjang, merepet, memlintir, berbohong menempatkan pembawa acara pada posisi takzim, menyimak kebohongan itu, tapi secara bersamaan berupaya setrampil mungkin menunjukkan poin kebohongan itu secara elegan.

Masalah ini lebih serius dari yang mungkin terlihat.

Mereka menyuapi audiens dengan ilusi seolah sedang meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Jurnalisme pernyataan minim saringan karena menyampaikan apa adanya. Orang mungkin memanipulasi laporan memilih pengaruh lebih, ada kekuatan lebih.

Itulah beda antara wawancara langsung dengan yang telah diedit. Sebagaimana beda antara pernyataan dalam konferensi pers yang disiarkan sepenuhnya, dengan berita yang ditulis dengan mengutip bagian bagian yang penting dan relevan.

Untunglah era media sosial datang. Kebohongan dan pernyataan kasar di media mainstream – yang boleh jadi merupakan produk persengkongkolan narasumber dan media; artikel sponsor hasil “booking time” di media mainstream – itu bisa dianalisa, dikritisi – diuji.

Dan akhirnya dibantah.

Bagaimana pun kekuatan media arus utama terus diuji. Mereka tidak netal bahkan tidak independen. Di era perubahan ini, mereka mudah dimanipulasi. Bahkan menyerahkan diri untuk dimanipulasi. Bersama sama memanipulasi pikiran publik.

(Sumber: Facebook Mas Dimas)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed