by

Metro TV Dan Jurnalisme Abal-Abal

Oleh : Sunardian Wirodono

Mengapa demokrasi di Amerika Serikat relatif lebih baik, dibanding Indonesia? Satu indikator yang paling saya tahu; Di negeri Paman Donald Trump itu, pemilik media dibatasi. Dan pantangan besarnya, ketua umum partai politik dilarang menjadi pemilik media massa. Di Indonesia, Koalisi Perubahan akan balik menyerang, Hari Tanoe, yang berkoalisi dengan PDIP, juga sama saja, dengan Surya Paloh.

Saya tak tertarik dengan debat kucing seperti itu. Saya lebih berminat pada perubahan mendadak ndhangdhut orientasi pemberitaan Metro TV, usai persahabatan Surya Paloh-Jokowi, senyatanya makin buruk dan tak bisa didamaikan lagi.

Arah pemberitaan Metro TV, yang mendaku sebagai pelopor media televisi berita itu, kini bukan lagi dari angle ‘Sudut Istana’, melainkan senyatanya berhadapan di pintu gerbang istana. Narsum pemberitaan mereka, juga berubah drastis. Nama-nama yang semula tak bakalan muncul di layar TV mereka, kini seolah bergiliran. Dan semua siap menembak ke satu arah. The Jokowi! Bahkan pernah tega-teganya, dalam satu satu program acara mereka, dengan topik IKN, semua narsumnya, berjumlah tiga, memberikan nilai negatif pada Jokowi. Kebetulan? Seperti dalam politik, tak ada kebetulan dalam politik media, apalagi media yang berpolitik, atau setidaknya alat politik pemiliknya.

Apakah Metro TV menjadi media abal-abal, dengan jurnalisme abal-abal? Tidak. Mereka tidak abal-abal. Mereka tetap profesional. Karena menurut KBBI, profesional ada tiga makna. Makna yang ke-3, “Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir). Contoh, pertandingan tinju profesional.”

Metro tidak kehilangan akal media. Soal imparsialitas, sama sebagaimana sebelumnya. Sama perilakunya. Sudut pandangnya saja dibalik. Dari sudut dan dari tidak sudut.

Cinta, memang menyebalkan. Sama-sama jadi tidak mutunya, ketika sangat cinta dan kemudian sangat tidak cinta. Kalaupun ada bedanya, cuma bisa kita lihat pada perilaku personalnya. Jika Surya Paloh tantrum ke mana-mana, Jokowi bisa lebih anggun mengatasi. Memang beda kelas, karena Surya Paloh belum pernah ditempa api. Sementara Jokowi, dari sejak kanak sudah mengalami penggusuran oleh Orba. Spirit petarungnya beda.

Kalau mau lihat Surya Paloh hari-hari ini, lihatlah Metro TV. Kalau masih sudi. |

Sumber : Status Facebook Sunardian Wirodono III

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed