by

Menunggu Cak Nun BAB, Didepan Pak Jokowi

Oleh : Nurbani Yusuf

Membuat rakyat ketawa ditengah susah adalah bagian dari tugas kenabian —

Pada sebuah era ketika semua menuhankan ego, perlukah ke-wali -an ditunjukkan kepada publik ?

*^^^^*

Cak Nun adalah bagian dari perubahan suasana politik yang lahir bersama percikan demokrasi. Membebaskan dan memerdekakan karena ada ‘kejenakaan’. Bagaimanapun kita membutuhkan sedikit tertawa untuk melepas penat mengurus politik kekuasaan.

Tertawa adalah kebutuhan sebagian besar rakyat. Rakyat sudah lelah, butuh rehat, syukur bisa tertawa meski sejenak. Siapa bisa dapat membuat rakyat tertawa ditengah ketegangan yang merata, insya Allah masuk surga.

Cak Nun adalah wali itu, yang dengan penuh keberanian menantang melawan pujaan para penjilat yang terus berkata terang padahal padam, pada sekelompok yang selalu berkata manis padahal pait. Pada para ulama yang terus mengancam dengan api neraka. Sambil menutup surga rapat-rapat. Dan Cak Nun bukan dari jenis yang itu.

*^^^^*

Bukankah Musa as yang merasa paling pintar itu dihukum Tuhan harus berguru pada nabi ndeso Khidr as — seorang wali kampung yang tidak dikenal tapi populair hingga langit tujuh. Yang kejenakaannya menggetarkan Arsy.

Yang setiap kelakuannya selalu tak masuk di akal — yang membuat Musa as yang cerdas dan intelek itu dibikin bodoh seperti anak kemarin sore yang baru mengeja huruf.

Khidr as lah yang membuat logika kebalik-balik — dialektika diketawakan, relativitas dipinggirkan dan membikin para cendekia terlihat goblok bin plonga plongo bin pah pooh.

*^^^^*

Bukankah Abu Nawas pernah buang air besar di hadapan khalifah Harun al Rasyid yang sedang bab karena kebelet perutnya mules, yang kemudian marah dan memberi hukuman mati. Karena dianggap tak tau adab, tidak sopan dan tidak-tidak yang lain.

Bukankah Abu Nawas yang kemudian berkata bahwa dirinya adalah pengawal yang sangat setia karena kotorannya mengawal kotoran sang baginda hingga ujung sungai.

Bukankah Gus Dur pernah berpidato dengan selera humor tinggi di hadapan para kepala negara yang puyeng karena mikir laju utang negara miskin yang tak tidak terkendali ?

‘Saya tak bisa melihat dan wakil saya (Mega) tak bisa omong, kami akan menjadi tim yang sempurna”, kata Gus Dur yang membuat para kepala negara yang hadir di Jimbaran Bali tergelak tawa.

Buya Syafi’i bertanya dalam sebuah pidato nya: ‘Kenapa Pak AR (Abdulrazaq Fakhruddin) banyak merokok ? Pak AR menjawab ringan : saya tidak banyak merokok hanya satu satu’. salah seorang yang saya sebut wali, yang oleh Gus Dur disebut sebagai orang Muhammadiyah yang dapat memuhammadiyahkan ratusan orang NU dalam semalam.

*^^^**

Betapa suka cita Nabi saw ketika Nu’man mengajaknya makan bersama — hingga setelah slesai makan, saat Nabi saw tengah berdoa dan hendak beranjak — Nu’man berkata : ‘Yaa Rasulullah makanan ini belum dibayar — saya pikir hanya Nu’man. Kira-kira apakah sahabat besar sekelas Sayidina: Abubakar, Umar, Ustman atau Ali radhiallahuanhuma berani guyon sama Nabi saw — 🙏🙏🌹🌹🌹😄

Sumber : Status Facebook @nurbaniyusuf

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed