8. Setelah proses tender selesai, ternyata hanya China yg bersedia menjalankan proyek tanpa jaminan. Dalam kartun digambarkan Indonesia memberikan data ke China. Anggap saja ini betul terjadi. Apakah salah? Tentu tidak. Data telah menjadi milik pemerintah. Jadi mau diapakan data tersebut, entah dibakar atau dijadikan kertas gorengan, sudah merupakan hak pemerintah. Apalagi di beberapa berita disebutkan bahwa China pun juga melakukan studi kelayakannya sendiri. Ini sesat yg kedua dari framing kartun Onan.
9. Framing berikutnya digambarkan bahwa Indonesia kembali “mengemis” kepada Jepang karena masalah ketersediaan dana dari China. Padahal penundaan pencairan terjadi karena terkendala masalah progres pembebasan lahan. China malah mendesak Indonesia agar lebih bisa mempercepat progres HSR. Ini menjadi sesat yg ketiga.
10. Akibat salah tafsir tersebut, ia menggambarkan seolah Indonesia kemudian beralih “mengemis” agar Jepang mau membiayai proyek HSR Jakarta Surabaya. Lagi2 salah besar. Justru yg nampak di lapangan malah sebaliknya. Jepanglah yg sempat dag dig dug.
11. Ini terjadi karena mereka melihat menteri perhubungan sempat menyatakan masih membuka diri terhadap investor lain walaupun saat ini baru Jepang yg serius mendekat. Seorang pejabat Jepang mengatakan bahwa mereka masih trauma akibat kekalahan di waktu proyek HSR Jakarta-Bandung. Ini sesat yg keempat dari rangkaian kartun Onan.
12. Secara umum, apakah ada sentimen negatif terhadap Jepang? Mustahil. Proyek kereta di Indonesia justru masih didominasi oleh Jepang. Contoh nyata adalah MRT dan LRT, semua bekerja sama dengan Jepang, bukan China. Pun kereta Jakarta Surabaya kembali Jepang yg berpeluang.
13. Artinya semua keputusan diambil murni karena kepentingan nasional. Apalagi di dalam bisnis semua pihak adalah setara, semua saling memerlukan. Satu pihak tidak lebih superior dibanding pihak lain. Semua berdiri sejajar. Jangan baper.
14. Yang saya sayangkan justru sebagian masyarakat Indonesia malah mendukung “penghinaan” terhadap bangsa sendiri melalui kartun tersebut. Hanya karena syahwat politik, mereka tak segan “menjual” harga diri sebagai sebagai sesama anak bangsa dan memihak asing.
15. Sejatinya sosok Jokowi adalah penggambaran yg mewakili bangsa Indonesia. Hanya karena yg nampak kasat mata adalah buli terhadap Jokowi, mereka lantas bersorak sorai. Lagi2, walaupun bukan hal yg baru, mereka gagal membaca konteks sebuah permasalahan. Miris.
Padahal kalau mau, kita sangat mampu membiayai sendiri kereta Jakarta Surabaya. Butuh piro? Satus triliun?? Lima ngatus triliun?? Nyoooh!!! Nyooh!!! Seneng toh kowe? Nyoohhh ambil sak karepmu!!! Aku ra butuh!!! #ThePowerOfBuDendy
Sumber : Status Facebook Aldie El Kaezzar
Comment