by

Hidup Tak Pernah Adil

Oleh : Munawar Khalil

Penggambaran tentang dunia yang tak pernah adil ini ditulis Harari dalam bukunya Sapiens dengan sangat baik. Tuhan tidak pernah mengabulkan do’a kedua makhluknya secara bersamaan. Jika bersamaan maka siklus kehidupan dalam rantai makanan bisa berhenti, termasuk proses evolusi.

Jika singa memakan kijang, itu tak adil bagi kijang. Tapi jika singa tak makan kijang, itu juga gak adil bagi singa karena ia harus kelaparan atau juga berujung kematian karena tak makan sama sekali. Jadi Tuhan harus mengabulkan salah satu dari do’a mereka. Adil? Ya tidak. Begitulah konsep kehidupan.

Sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, sistem rantai makanan makhluk hidup dalam kerajaan hewan (kita manusia masuk dalam kerajaan ini) untuk bertahan hidup adalah membunuh makhluk lainnya. Tak terhitung ketika revolusi agrikultur terjadi secara masif sejak 12 ribu tahun yang lalu berapa tumbuhan dan hewan yang punah akibat hegemoni manusia. Satu organisme untuk hidup ia harus mematikan organisme lain.

Hal sederhana saat ini misalnya, berapa ribu ayam dipotong setiap detik untuk memenuhi kebutuhan makanan kita. Belum lagi hewan dan tumbuhan lain. Menurut catatan Harari ayam adalah hewan paling banyak di dunia melebihi manusia. Ayam berjumlah sekitar 25 milyar di muka bumi ini. Sedangkan tumbuhan atau makhluk hidup yang paling banyak adalah gandum. Ia menempati hampir sepertiga daratan di permukaan bumi. Padahal seperti sejarah awal manusia, gandum dulu juga adalah tanaman tak penting yang menghuni sudut Afrika.

Apa poinnya? Konsep keadilan itu sebenarnya adalah konsep penghiburan ketika kita dihadapkan pada suatu masalah. Itu juga bagian terakhir ketika kita tak mampu lagi untuk berbuat lebih. Dalam kondisi itu, kita mengembalikan segala sesuatu kepada hal lain yang berada di luar kemampuan kita. Nah, ciri-ciri ini memang sejak awal manusia muncul sudah ada. Dan itu menjadi salah satu modal Sapiens sebagai satu-satunya spesies homo yang bisa bertahan hingga saat ini. Apa itu? Membuat cerita fiksi. Modal lainnya lagi adalah berbisik. Dalam bahasa saat ini disebut bergosip atau ber-ghibah🤭.

Dunia itu tak pernah adil. Konsep ini menegaskan, bahwa hidup memang seperti itu adanya, rileks saja. Walau kita tahu kontestasi, kompetisi, atau perebutan sumber daya, akan terus mewarnai kehidupan kita sebagai konsekwensi dari sunnah tadawul atau hukum kehidupan. Tujuannya agar kita tidak patah semangat. Semenderita apapun, selalu tersedia kesempatan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik😁

😁

Sumber : Status Facebook Munawar Khalil

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed