Oleh : B Uster Kadrisson
Tidak usah terlalu serius ketika menonton film Bullet Train yang diperankan oleh Brad Pitt, karena jalan ceritanya jauh dari masuk akal. Bercerita tentang sejumlah pembunuh bayaran yang tumplek di sebuah kereta cepat dalam perjalanan dari Tokyo ke Kyoto, yang berpusat pada tokoh Ladybug yang selalu merasa bernasib sial. Ketidak beruntungan semakin terjadi karena salah duga sebab sebenarnya dia hanya menggantikan tugas mudah dari seorang kolega yang dikarenakan alasan sakit mendadak menjadi batal. Untuk mengambil koper berisi uang tebusan 10 juta dollar yang dengan entengnya disimpan di bagasi di bagian belakang kereta tanpa ada yang mengawal.
Perjalanan yang seharusnya cuma sekitar kurang dari 3 jam, tetapi di dalam film sepertinya berlangsung sepanjang malam. Dimulai dari stasiun Tokyo yang berangkat diperkirakan sebelum terjadi pergantian waktu dan berakhir di Kyoto pada esok pagi lewat dari jam enam. Kereta yang terlihat mewah tampak kosong melompong, tetapi anehnya banyak koper-koper yang terletak di bagasi yang berada di atas kepala penumpang. Dan hanya ada tiga petugas yang bekerja, sang kondektur, seorang pramugari dan petugas kebersihan yang anehnya sama sekali tidak melihat darah yang berceceran.
Ternyata kesemua pembunuh bayaran tersebut pernah berinteraksi dalam berbagai misi tanpa saling mengenali, sebab berada dalam penyamaran mereka yang
terbaik. Ada Hornet yang selalu menggunakan racun atau pasangan saudara angkat yang sedikit unik, Lemon dan Tangerine yang disuruh mengembalikan anak majikan yang diculik. Beserta koper berisi uang tebusan yang ternyata berbuntut panjang dan membawa banyak intrik, dan juga ada anak manja yang ingin menunjukkan kalau dia patut untuk dilirik. Ditambah dengan The Wolf yang seluruh keluarga dan besannya dibantai saat pesta pernikahan, yang mendapatkan informasi kalau sang pembunuh ada di dalam salah satu gerbong kereta yang ditarik.
Yang menarik para pembunuh bayaran ini menerima tugas dari seseorang tanpa mengetahui siapa yang menjadi dalang. Hanya sang Tetua, the Elder yang tahu persis kalau sang pengkhianat yang dahulu membunuh majikannya yang sedang memainkan wayang. Tokoh the Elder saat dia masih muda diperankan oleh Yoshua Sudarso, warga Amerika kelahiran Surabaya yang cukup tampan kalau bisa dibilang. Ada cameo dari Channing Tatum dan Sandra Bullock yang nanti akan dibalas oleh Brad Pitt untuk film mereka the Lost City yang bercerita tentang sepasang petualang.
Bercerita tentang kereta cepat, negara Jepang memang terkenal dengan moda transportasi yang dikenal dengan nama shinkansen yang sudah menjadi bagian dari denyut nadi sehari-hari. Sehingga orang tidak perlu lagi untuk tinggal berdesak-desakan di kota-kota besar karena para pekerja sekarang bisa dengan mudah pulang dan pergi. Berbeda dengan culture orang Amerika yang lebih cenderung memilih sarana otomotif sehingga mereka masih tidak mempunyai kereta jenis bullet train hingga saat kini. Dan negara China yang sekarang tengah berusaha untuk mengembangkan semua jalur kereta cepat untuk moda transportasi massal karena negara mereka yang sangat luas dan jumlah penduduk yang banyak sekali.
Sedang di Indonesia, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang tersendat-sendat karena berbagai alasan telah sering menjadi polemik. Proporsal yang telah dimulai dari sejak masa presiden sebelumnya yang akhirnya bisa dijalankan dengan bergonta-ganti pemberi kredit yang belakangan nilainya semakin menaik. Pengerjaan proyek terpaksa harus ditunda selama dua tahun karena pemerintah lebih memfokuskan untuk mengatasi pandemik dan pembengkakan biaya yang tidak bisa dihindari terjadi sebab dunia mengalami resesi ekonomik. Karena tidak ingin proyek yang telah berjalan lebih dari 50 persen tersebut terbengkalai sehingga pemerintah terkini akhirnya turun tangan untuk turut menalangi pembiayaan yang kemudian oleh tetangga sebelah menjadi bahan cercaan untuk diulik-ulik.
Pengalaman saya naik kereta cepat di Italia, Jerman dan Prancis sebenarnya bisa dibilang tidak begitu terlalu berkesan. Mungkin karena saya duduk di kelas dua yang layanannya biasa-biasa saja dan tidak ada merasakan apa-apa padahal kereta berjalan dengan kecepatan 350km perjam. Hanya waktu yang dipangkas menjadi sangat singkat, rasanya baru juga naik kok sudah sampai di tujuan. Saat itu cuma teringat kembali saat perjalanan panjang ke Surabaya bersama teman-teman kuliah dengan menumpang kereta api yang menggunakan AC alam.
Kebanyakan orang Indonesia memang selalu berpikiran ingin mendapatkan sesuatu yang segera menghasilkan, kemungkinan karena sejak bayi sudah dicekoki dengan mie instant yang minim gizi yang penting asalkan kenyang. Seperti alasan pengadaan kereta cepat antar kota yang hanya berjarak 150km, apakah mereka mungkin tidak mengerti kalau satu langkah kecil diperlukan untuk memulai sebuah perjalanan panjang. Jarak lintasan terpendek di Jepang saja ada yang kurang dari itu dan bullet train di negara ini memerlukan waktu sekitar 50 tahun untuk berkembang. Si Darwis alias Tere Liye resek memperhitungkan cuan serta keuntungan dan Juragan Panci masih juga nyinyir dengan twitter ambyarrr-nya sebelum dia akhirnya dimasukkan ke dalam kandang.
Tabik.
Sumber : Status Facebook Uster Kadrisson
Comment