Oleh : Harun Iskandar
Lagi rame masalah Rumah Singgah Bung Karno di kota Padang yang dibongkar. Rata tanah.
Pemilik yang baru rencana mau bikin restoran disitu. Daerah itu menurut KRK, Keterangan Rencana Kota, memang boleh untuk dirikan restoran. Dinas PUPR juga membolehkan.
Celakanya dia ndak tau itu bangunan Cagar Budaya. Ndak ada ‘tanda2’nya, kata pemilik yang baru.
Namun Pemda kota Padang, pemilik ‘segala’ perijinan, ngotot mengaku ndak ‘kecolongan’.
Rumah itu memang cuma 3 bulan ditinggali oleh Bung Karno, bersama Ibu Inggit. Setelah dari Bengkulu.
Jepang masuk ke Padang, Belanda bingung. Khawatir kalau Bung Karno ‘diambil-alih’ oleh Jepang. Bung Karno dipandang sebagai tokoh yang mewakili Rakyat Indonesia.
Untuk itu akan dibawa ke Ustrali. Tapi kapal yang akan dipakai ternyata rusak. Belanda ‘ngungsi’, Bung Karno ditinggal. Dititipkan ke seorang Dokter Hewan, dokter Woworuntu.
Tapi belum jelas alur sejarahnya, kok sampai Bung Karno tinggal di rumah itu. Rumah yang sekarang sudah dirobohkan, rata tanah . . .
Kata Sejarahwan, rumah itu saksi sejarah keakraban Bung Karno dengan masyarakat Minang. Bung Karno pintar mengambil hati warga.
Diantaranya minta, ke Jepang, pembebasan tokoh masyarakat lokal, Chatib Soeleman. Tempat ini juga menjadi saksi saat pertama kali Bung Karno ‘bekerja sama’ dengan Jepang. Yang berjanji akan memberi ‘Kemerdekaan Penuh’ bagi Indonesia.
Pokoknya, bangunan itu, di Jalan Ahmad Yani no 12, penting nilainya bagi sejarah . . .
Bangunan bersejarah terlanjur dibongkar, dan Pemda ndak ngaku kalau kecolongan. Memang benar, wong ndak dicolong, tapi dibongkar, kok.
Tapi Pemda sudah punya ‘solusi’nya. Yaitu, yakni, adalah, akan dibuat sebuah ‘replika’.
Malah ada yang komen di medsos, akan segera dibuat atau ganti dengan ruko Mixue. Malekat Pencabut Ruko dan Bangunan Kosong . . .
Wwk wk wk . . .
Comment