by

Populis?

Oleh: Erizeli Bandaro

Cara Gerindra mengkritik Jokowi adalah dengan program Capres PS untuk memberikan makan gratis kepada 70 juta rakyat yang kurang gizi. Atau secara tidak langsung Gerindra berkata “ Warisan Jokowi adalah 70 juta rakyat terancam masa depannya karena kurang gizi “ Di era modern, itu masih terjadi pada Indonesia yang anggota G20. Sangat nyelekit. Daya kritisnya lebih menyakitkan dari omongan rocky gerung, karena konklusi nya adalah Jokowi kejam dan sadis.

Nah kalau anda ingin tahu apa yang disebut dengan politik populisme ala Hitler, ya seperti program PS itulah. Padahal tadi nya yang dikawatirkan Jokowi adalah adanya capres yang mengusung program populisme. Karena program populisme itu biasanya bergandengan dengan politik Identitas seperti Hitker menyebut identitas “ Bangsa Arya”. Dan itu diarahkan kepada Anies. Justru kini terbukti datangnya bukan dari Anies tapi dari Capres PS yang Jokowi percayai sendiri.

Tapi di era media digital dan sosial media. Program Prabowo itu ditanggapi serius oleh rakyat miskin, yang bukan hanya miskin harta tapi juga miskin literasi. DeLuca A, Lawson S, Sun Y, dalam The many framing of the birth of a protest movement. Communication, Culture & Critique, audien sekarang dapat dijangkau dengan kecepatan yang lebih tinggi dan dalam rentang waktu yang singkat. Moffitt dalam bukunya the global rise of populism: Performance, political style, and representation, mengatakan, peran media sosial sangat penting bagi gerakan populisme.

Dari politik populis ini sebuah keyakinan yang begitu terang benderang hingga menyebabkan pandangan silau bagi rakyat banyak ”Cahaya terang yang menerpa mata mereka membutakan mereka. Biasanya kekuasaan yang lahir dari keyakinan populisme, akan membuat penguasa kebal, juga terhadap rasa sakit orang lain, apalagi kritik. Karena dari awal udah berdusta dan irasional

(Sumber: Facebook DDB)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed