by

Perilaku Korup

Oleh : Mashuri Mashar

Beberapa hari silam saya dan teman berbincang lewat teks. Dengan berkendara salah satu saluran komunikasi sosial daring. Obrolan kami bisa dibilang tidak cepat. Tepatnya 67 menit 25 detik. Karena waktu yang kami pakai memang pas. Sehabis tarwih dan menjelang istirahat malam. Dalam durasi waktu itu, beragam topik kami bincangkan. Mulai dari dampak minyak goreng langka pada kekayaan Elon Musk hingga panduan teknis seekor kucing saat jatuh. Sebuah obrolan yang absurd, bukan?

Tapi, begitulah kami. Saya dan dia jarang berinteraksi. Sekalinya terhubung, apapun akan dibahas. Pernah juga suatu ketika kami ngobrol panjang. Saat itu lewat telepon. Lebih lama lagi. Kira-kira dua jam 34 menit. Dan, tetap absurd juga yang kami bahas. Kenapa saat awal pandemi ada kelompok koar-koar keputusan tempat ibadah, namun ketika sudah beralih jadi endemi, kelompok yang sama malah beribadah di pinggir jalan. Termasuk trotoar dan lain-lain. Tetap absurd, bukan? Begitulah kami.

Nah, kembali pada pembahasan kemarin. Laiknya merek motor yang beradu di Mandalika, kami sedang uji mesin. Kemampuan analisa dan refleksi jadi bahan bakar dalam menguras setiap ide dan kembali dibenturkan. Berawal dari pertanyaan; apakah Elon Musk turut mempengaruhi kelangkaan minyak goreng yang berujung pada kenaikan harga? Berkaca pada jenis uang crypto Doge beberapa waktu lalu. Bukan tidak mungkin, pemilik Tesla juga punya andil pada masalah minyak goreng di Indonesia. Cukup lama kami saling bantah-bantahan dan sesekali mendukung pernyataan satu dengan lainnya.

Tibalah kami pada kesepakatan Elon Musk bukan mafia minyak. Kenapa? Satu, karena dia tidak sedang menjabat sebagai DIRJEN Perdagangan Luar Negeri. Dua, nilai kekayaannya sudah besar. Sangat besar malahan. Bayangkan saja, kita akan mampu menyaingi kekayaannya jika gaji kita perhari 100 juta dan kerja sejak jaman Firaun hingga sekarang. Wuih, cukup besar bukan? Ngapain dia ngurus masalah receh minyak goreng?

Sehabis itu, saya dan teman membahas yang lain lagi. Untuk mempersingkat waktu, saya loncat saja menceritakan tema terakhir kami. Tutorial kucing jatuh. Membahas ini juga tidak kalah panasnya. Berangkat dari sebuah fakta menarik, apakah kucing memiliki 13 nyawa? Baik itu kucing laki-laki atau perempuan. Makanya kami bingung. Kok kucing mampu mendarat sempurna saat jatuh? Jangan-jangan ini berhubungan dengan jumlah nyawa mereka? Kami kembali memanas.Teman saya berpendapat, bonus nyawa yang dimiliki kucing tadi masih erat hubungannya dengan proses pembagian jatah nyawa dahulu kala. Mungkin kucing punya orang dalam. Sehingga dia bisa dapat jatah lebih dari ciptaan Tuhan lainnya. Ini kemudian saya bantah dengan mengatakan, tidak mungkin.

Kucing itu bukan binatang pengerat. Jadi sangat kecil peluangnya nepotisme. Lagi pula, jika memakai logika tersebut, seharusnya tikus yang mampu. Secara, sekali melahirkan mereka seabrek. Belum lagi tikus masuk dalam kelompok binatang pengerat. Makanya, simbol untuk pelaku koruptor itu selalu tikus. Nonton saja kelakuan pak DIRJEN. Satu minggu sebelum penetapan tersangka, yang bersangkutan sempat berbisik manja pak Menteri Perdagangan; “minggu depan akan ada tersangka kasus kelangkaan Minyak Goreng”. Mirip kelakuan tikus, bukan?

Kami akhirnya tertawa. Karena merasa sudah cukup lama saling berbalas pesan, percakapan kami akhiri. Apa yang bisa disimpulkan dari percakapan kami? Pertama, kami doyan membicarakan sesuatu yang kurang berfaedah. Kedua, saya dan teman sama-sama iseng. Akumulasi dari pembicaraan kami adalah sebuah sebuah kesimpulan yang juga tidak ada hubungannya sama sekali. Kita butuh sebuah data terpadu. Dengan itu kita bisa memulai semuanya. Terinspirasi dengan pembicaraan tersebut, saya kemudian menghubungi teman lainnya.

Tujuannya, mencari jawaban agar data terpadu bisa tercipta. Kami akan mulai dengan mengumpulkan data yang berserakan. Salah satunya data Alumni kampus saya. Terkhusus yang berasal dari fakultas. Jangan-jangan saya dan Elon Musk berasal dari kampus yang sama. Bukan tidak mungkin, toh? Paling jauh, kita bisa memastikan jika pak DIRJEN Perdagangan Luar Negeri bukan dari kampus saya. Amin-amit, deh. Pait pait.

Dengan segala kerendahan hati, kami persembahkan data IKA FKM UNHAS berdasarkan jenis kelamin, sebaran, dan serapan dunia kerja hingga 24 April 2022. Sekaligus sebagai kado kecil untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat karena memiliki dekan baru untuk masa bakti 2022-2026. Tabik, Cekidot!

Sumber : Status Facebook Mashuri Mashar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed