Oleh: Erizeli Bandaro
KEK Mandalika menjadikan sportourism sebagai Icon kawasan wisata berkelas dunia. Indonesia berupaya mendorong sportourism dan masuk dalam kalender ajang balap motor internasional seperti World Superbike (WSBK) dan MotoGP. Ya seperti Circuit de Monaco di Monte Carlo.
Apa jadinya ? Kini Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sebagai pengelola KEK Mandalika mengeluh tak bisa bayar utang sebesarRp 4,6 triliun, yang terbagi atas utang jangka pendek sebesar Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 3,4 triliun. Ujung ujungnya BUMN itu minta talangan APBN lewat Penyertaan Modal Negara.
Kok engga bisa bayar utang ? ITDC menderita kerugian sekitar Rp 100 miliar akibat ajang WSBK dan sekitar Rp 50 miliar dari ajang MotoGP. Sepertinya Prospek bisnis sportourism suram. Atau engga paham mengelola bisnis circuit World Superbike (WSBK) dan MotoGP.
Saat proyek KEK itu dibangun dengan ambisius, saya sempat mengerutkan kening. Saya setuju KEK Mandalika itu dibangun. Tapi mengapa program poros maritim dunia di Bandar Kayangan, Lombok Utara tidak dimanfaatkan sebagai KEK?
Selat Lombok dalamnya 34 menter, masuk dalam alur laut kepulauan Indonesia atau ALKI II. Memiliki posisi yang strategis sebagai perlintasan Eropa-Asia-Pasifik. Tentu secara bisnis sangat potensi sebagai jalur logistik baru untuk kapal super besar yang bisa membawa muatan hingga 18.000 TEUS.
Menurut data setiap hari sekitar 40 kapal super besar berukuran VLCC melintas di Selat Lombok. Bisa menjadi “global hub” menyaingi Singapura. Kawasan tersebut bisa dikembangkan untuk pelabuhan, perdagangan industri, pembangkit listrik, dan kawasan permukiman ekonomi baru dengan estimasi jumlah penduduk mencapai satu juta jiwa. Itu saya udah usulkan sejak era SBY dan Jokowi, tetapi tidak didengar.
Tapi pembangunan berbasis geopolitik memanfaatkan geostrategis kawasan tidak disentuh. Malah jadi follower negara lain membangun circuit World Superbike (WSBK) dan MotoGP. Uang habis, tersisa hanya cerita doang. Tidak ada dampak berganda terhadap geopolitik. Mereka engga kerja berdasarkan visi tapi hanya mikir gimana bisa belanja lewat APBN dan jebak APBN keluar uang. Gitu aja terus.
(Sumber: Facebook DDB)
Comment