by

Pancasila : Bangsa Tanpa Kepribadian

Oleh : Nurbani Yusuf

Jujur saya “semangkin” rindu dengan model gaya dua Presiden ini: Soekarno dan Soeharto. Dua Presiden dengan gaya dan pribadi berbeda namun jelas bahwa keduanya sangat mencintai negeri ini lebih dari siapapun. Meski keduanya harus mengakhiri masa jabatannya dengan cara dipaksa turun. Seiring dengan berjalannya waktu tidak mempengaruhi marwah keduanya sebagai pemimpin bangsa ini.

Soekarno menasbihkan dirinya sebagai penggali, penemu, penggagas sekaligus penafsir tunggal Pancasila. Sementara Soeharto menetapkan dirinya sebagai penjaga dan pengamal nilai-nilai luhur Pancasila tanpa tanding, dua “casing” Presiden ini mencerminkan dua kepribadian spesial dan unik.

Soekarno melakukan berbagai uji coba terhadap falsafah Pancasila ini salah satunya dengan gagasan eka sila yang diperas dari lima sila yaitu gotong royong, tak sedikit yang melawan tapi sekali lagi itulah Soekarno beliau juga seorang intelek dan akademisi berbobot jadi jangan heran meski sudah menduduki jabatan Presiden tetap saja memiliki gaya berpikir bebas ala cendekiawan kampus. Tak berhenti bereksperimen.

Akan halnya Soeharto. Pragmatikus tulen dan pintar membaca situasi, jadi jangan heran meski hanya sempat sekolah kelas 2 di SMP Muhammadiyah Kemusuk Jogja bisa bertahta hingga 32 tahun berkuasa, pintar tidak kalah dengan jebolan Chicago atau MIT.

Pancasila kepribadian, falsafah juga ideologi bangsa. Mengalami beberapa kali masa sulit dan salah satunya menjelang dan sesudah masa reformasi, bahkan sempat ada yang ingin mengganti dengan ideologi agama atau ideologi kebangsaan lain. Kecelakaan sejarah juga sempat menimpa UUD 1945 sempat di amandemen, hasilnya: kekacauan ketatanegaraan. Tumpang tindih. Para penggagas amandemen sepertinya tak paham falsafah dan fundamen negara yang harus dijaga karena merubah satu kalimat saja akan merubah semua tata kelola.

Pancasila dan UUD 1945 kerap menerima perlakuan buruk. Direndahkan dan disepelekan. Bahkan dibandingkan dengan agama sebuah perbandingan naif dan irasional karena gagal paham. Sudah saatnya kita kembali pada Pancasila setelah semua kegagalan ideologi yang coba dipaksakan. Pancasila dan UUD 45 kita kembalikan pada posisi semula. Tak perlu amandemen yang membuat silang sengkarut.

Eka Prasetya Pancakarsa menarik diangkat dan diingat kembali ketika prilaku sebagian besar pemimpin negara kehilangan identitas dan jati diri. Bukankah salah satu tugas Presiden adalah menjaga Pancasila dan UUD 45 .. maka tak ada salahnya menggunakan haknya untuk kembali membuat tegak berdiri Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara satu-satunya.

Selamat menyambut hari Pancasila …

Sumber : Status Facebook @nurbaniyusuf

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed