by

Ganjar, Boarding School dan Telunjuk Jokowi

Oleh : Dahono Prasetyo

Dari laporan para pembisiknya ataupun membaca media, Jokowi sudah tahu kabar tentang SMK Unggulan Boarding School di Jateng, ide Gubernur Ganjar. Namun setelah langsung mengunjunginya, Jokowi tidak hanya memuji, tetapi langsung memerintahkan sistem pendidikan ini diupayakan hadir di tiap propinsi.

Saat Jokowi bertanya apa syaratnya masuk SMK ini, dengan bangga Ganjar menjawab : Syaratnya harus miskin. Karena sekolah ini menjadi terobosan baru pengentasan kemiskinan melalui pendidikan.

Bahkan anak pejabat, berprestasi, anak orang kaya tidak diperbolehkan mendaftar masuk sekolah unggulan itu dengan segala kelengkapan fasilitas pembelajaran melebihi sekolah elite.

Sekolah itu gratis, berikut asrama, makan 3 kali, seragam, buku-buku selama bersekolah. Orang tua siswa yang mendaftar hanya bermodal surat keterangan tidak mampu dari aparat desa.

Lalu bagaimana membiayai pengadaan fasilitas dan operasional sehari-hari? Pendekatan persuasif seorang Ganjar sukses menyadarkan partisipasi perusahaan besar, BUMN, BUMD melalui penyaluran dana CSR. Ditambah lagi dana zakat dan infaq ikut andil mencerdaskan anak bangsa.

Ganjar itu seorang Marhaenis tulen yang berpikir tentang kesetaraan dan keadilan tanpa batas, memperjuangkan kaum miskin dan tertindas. Sama rasa sama rata. Bung Karno telah merumuskan falsafah gotong royong sebagai kekuatan ekonomi dalam rangka menangkal derasnya arus kapitalisme. Termasuk kapitalisme di dunia pendidikan.

Ganjar berpikir bagaimana masyarakat tidak mampu juga berhak mengentaskan kemiskinannya sendiri melalui jenjang pendidikan. Mereka yang tidak mampu membayar pendidikan terbaik, justru diberi kesempatan memperoleh pendidikan terbaik secara gratis.

Ini menjadi persoalan political will seorang pemimpin. Bagaimana dia berkeinginan memperjuangkan kepentingan yang tidak populis tanpa harus membebani APBD dan kepentingan bisnis lain. Semua pemimpin pasti punya pemikiran yang sama, namun tidak semua punya nyali mewujudkannya.

Sekolah yang dibangun dengan niat baik, harumnya sudah tercium sejak masuk gerbang halaman. Jokowi mencium sebuah kebijakan pro rakyat tanpa spanduk pencitraan apalagi berhitung untung rugi investasi.

Tahun ini, SMKN Jateng meluluskan 258 siswa di angkatan ke-7 dari tiga kampus. Sebanyak 70 persen lulusan sudah terserap di dunia kerja. Adapun rincian lengkapnya 113 lulusan diterima kerja, 22 lulusan diterima kuliah, 35 lulusan ikut kursus bahasa Jepang untuk kerja dan kuliah ke Jepang, 10 lulusan ikut kursus bahasa Jerman untuk segera berangkat bekerja di Eropa.

Dengan sederhana Ganjar menjawab : Intinya yang lulus dari sekolah ini sebagian besar langsung bekerja dan siap menjadi tulang punggung keluarganya.

Jokowi lantas meminta penambahan kapasitas murid agar lebih banyak siswa kurang mampu terserap. Bahwa Jawa tengah menyandang predikat propinsi dengan jumlah kemiskinan tinggi adalah suatu tantangan. Itu fakta yang tidak perlu disembunyikan, entah karena gubernur-gubernur sebelumnya lebih sibuk berbagi subsidi daripada berinovasi.

Ide Ganjar mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan barangkali dianggap langkah kecil berjangka panjang. Tetapi itu lebih berharga dibanding daerah yang tingkat kemiskinannya sedang-sedang saja tetapi tidak melakukan apa-apa

Kebetulan Ganjar didaulat menjadi Capres.Tidak perlu juga membandingkan dengan mantan gubernur lain yang juga nyapres. Tiap gubernur punya keberpihakan yang berbeda, mau berpihak kepada warganya atau kepada koleganya, semua sudah menjadi rahasia umum.

Tanpa harus berucap, jari telunjuk Jokowi mengarah kemana, semestinya mudah dibaca. Sebaliknya ada seseorang yang sering mengikuti kemana Jokowi pergi, tapi Jokowi tidak pernah memberi kode telunjuk, bisa jadi dia hanya akan menjadi bayang-bayang Jokowi. Itu saja, tidak lebih

Sumber : Status Facebook Dahono Prasetyo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed