Oleh : Wulyo Utomo
Balada AHY yang ditinggalkan Anies, sebenarnya bukan hal baru dalam politik Indonesia. Jika dalam Pilpres tahun depan ada beberapa elit politik yang sudah mengalaminya. Hanya mereka diam saja. Tokoh seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Ridwan Kamil juga mengalami yang dirasakan AHY. Namun kita tahu, Demokrat selalu begitu. Merasa dikerjain oleh yang lain. PKS juga sering menjadi mainan oleh ANies. Waktu Sandiaga mundur dari jabatan wakil gubernur DKI, mereka dijanjikan akan mendapat jatah kursi wakil gubernur. Tapi ya hasilnya melayang begitu saja. Anies tidak memenuhi janjinya untuk memilih kader PKS.
Prabowo saat ini, sebenarnya tidak serius maju. Hanya orang-orang disekelilingnya yang terus terusan mendorong, membuat mantan Danjen Kopassus itu kembali tampil. Apa yang membuatnya tertarik? diminta untuk terus menempel Jokowi. Bahkan dia tidak malu-malu untuk membuka diri mau menerima Gibran sebagai cawapresnya. Hanya bedanya kalau AHY dikibulin Anies, Prabowo dikibulin orang-orang terdekatnya. Mereka tahu, rakyat sudah bosan dengan tampilnya Prabowo di Pilpres. Tercatat sudah 3 kali ikut dan selalu kalah.
Orang-orang disekitarnya memang tidak pernah sayang, tidak pernah merasakan kegagalan di Pilpres. Yang mereka tahu jika Prabowo maju Pilpres maka akan banyak duit cair. Iya, orang-orang itu murni menginginkan duitnya Prabowo saja. Mereka tidak benar-benar memperjuangkan Prabowo jadi presiden. Kalau tidak maju, orang-orang terdekat Prabowo mau ngapain?
Makanya mas AHY, tidak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Itu hal biasa. Justru sekarang anda fokus berpikir, mau merapat kemana. Pilihan harus anda jatuhkan pada Capres yang punya potensi menang. Tentu Anies tidak masuk dalam hitungan, badai perilakunya kemarin akan terus menghantam dirinya. Cak Imin sendiri bisa diprediksi tidak menyangka publik memperhatikan betul bagaimana penghianatan terjadi. Belum ada kata terlambat, masih ada kesempatan. Jangan sampai keputusan merapat kemana jadi blunder anda berikutnya. Sebab itu penentu karir politik mas AHY dimasa depan.
Demokrat sebenarnya bisa membuat survey independen untuk mengukur sejauh mana kuatnya persepsi publik pada Prabowo atau Ganjar. Pun tidak perlu jual mahal minta jatah menteri apalagi Cawapres. Tidak ada bergaining sama sekali sekarang ini. Fokus untuk kembali menaikkan suara pemilih Demokrat, daripada berangan-angan yang tidak realistis.
Sumber : Status Facebook Wulyo Utomo
Comment