Oleh : Mazdjo Pray
Untuk semua orang yang mempertanyakan kinerja Ganjar Pranowo. pertama saya ingin menjelaskan bahwa kinerja Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah tidak bisa dibandingkan dengan Pak Jokowi dan Bu Risma. Keduanya saat menjadi walikota bisa mengatur langsung wilayahnya. Bisa melakukan pembangunan fisik dari jalan, gedung, pasar, trotoar dan lainnya.Ganjar tidak bisa membangun trotoar dan taman. Bukan kewenangan dia. Trotoar di Semarang ya kewenangan Walikota Semarang, taman di Solo ya kewenangan Walikota Solo.
Mayoritas jalan di Jateng kewenangan bupati dan walikota. Hanya sebagian jalan yang kewenangan pemerintah pusat dan provinsi. Gubernur Jateng juga tidak bisa dibandingkan dengan dengan Gubernur DKI Jakarta. Pak Jokowi dulu atau Anies sekarang bisa membangun pasar, taman, trotoar dll. Karena Gubernur DKI kategorinya seperti walikota tapi skalanya besar. Gubernur DKI bisa mengangkat dan memecat lurah, Gubernur Jateng tidak bisa karena sekali lagi bukan kewenangannya.Gubernur Jateng hanya bisa dibandingkan dengan gubernur lain yang setara. Misalnya gubernur Jatim, Jabar dan provinsi lain yang bukan daerah istimewa (DIY dan NAD).
Jadi kalau mempertanyakan prestasi Ganjar dengan mengambil success story Jokowi yang mengatur pasar atau Risma membangun taman, jelas tidak pas. Bukan kerjaan gubernur Jateng itu. Kerjaan gubernur itu kalau jalan ya membangun jalan provinsi. Untuk soal ini, Mas Alifurrahman tahu tidak, kalau Ganjar pada lima tahun pertama menjabat saja sudah membangun jalan provinsi lebih dari 1000 kilometer. Bisa dicek, berita-beritanya juga ada. Kewenangannya apa lagi ? Mengelola sekolah menengah, sekolah kejuruan, dan sekolah luar biasa. Kebijakan Ganjar apa terkait itu? Satu membebaskan biaya SPP untuk SMA, SMK, dan SLB negeri. Sedangkan yang swasta saat ini masih berupa insentif atau keringanan SPP.Apa lagi ? Gaji guru honorer setara upah minimum kabupaten kota (UMK). Jadi gaji guru honorer SMA/SMK/SLB negeri di jateng sudah UMK sekarang.
Ini jauh lebih layak dibandingkan era gubernur sebelumnya. Tentunya dengan syarat dan ketentuan berlaku seperti jam mengajar dan sebagainya.Ganjar juga membangun SMK khusus untuk siswa miskin. Namanya SMK Jawa Tengah. Ketika berdiri pertama kali pada 2014, ini SMK dengan sistem asrama pertama di Indonesia yang gratis. Siswa gratis semua, dari seragam, buku, asrama, makan minum, praktik dll. Sudah gitu, ketika lulus pun masih dibantu mencari pekerjaan atau dicarikan beasiswa ke perguruan tinggi. Bayangkan, anak-anak pekerja kasar, buruh tani, kuli bangunan, pemulung yang untuk makan saja susah, kini bisa menyekolahkan anak-anaknya di sekolah bergengsi. SMK Jateng ini sekarang ada dua di Kota Semarang dan Kabupaten Pati yang punya Gedung sendiri. Mulai 2020 berkembang di 15 kabupaten dan kota dengan Gedung masih menempel di SMK negeri setempat. Dan SMK Jateng sekarang jadi percontohan provinsi lain. Sudah banyak yang datang untuk belajar dan meniru.
Jateng juga provinsi pertama yang menerapkan kurikulum antikorupsi untuk sekolah. Ada pergubnya dan sudah diterapkan sejak tahun 2019 lalu. Sekarang juga merintis kurikulum anti radikalisme untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Saya yakin kita semua satu suara bahwa dua hal ini sangat penting diterapkan kepada anak-anak kita, demi masa depan Indonesia yang lebih baik dan damai ke depan.Ketika ada yang bilang Ganjar membangun apa ketika Jokowi membangun MRT di Jakarta. tentu saja Ganjar tidak bisa mem bangun MRT di Jateng. Pertama belum dibutuhkan karena lalu lintas di Jateng tidak sekrodit Jakarta, kedua APBD Jateng tidak sebesar Jakarta, ketiga banyak hal urgent lain yang lebih membutuhkan penyelesaian.
Namun untuk transportasi massal, saya bisa beberkan apa saja yang sudah dikerjakan Ganjar. Pertama Ganjar membangun angkutan aglomerasi. Semacam Busway di Jakarta. Tapi ini menghubungkan beberapa kabupaten atau kota. Namanya Bus Trans Jateng. Ini baru ada di Jateng ya ketika Ganjar menjabat. Sampai saat ini sudah enam koridor yang dluncurkan. Ada Trans Jateng Semarang – Ungaran, Semarang Kendal, Semarang Grobogan, Purwokerto – Purbalingga, Kebumen-Purworejo, dan Purworejo Magelang. Tiketnya murah karena memang diperuntukkan membantu pelajar dan pekerja pabrik.
Berikutnya apa? Bandara. Di era Ganjar ada tiga bandara yang dibangun. Memang semuanya enggak pakai duit APBD provinsi karena itu kewenangannya PT Angkasapura. Peran krusial Ganjar adalah melobi dan meyakinkan pemerintah pusat untuk membangun bandara-bandara di Jateng.Paling fenomenal adalah Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Mas Alifurrahman tahu tidak, bahwa ada empat gubernur sebelum Ganjar yang sudah berusaha membangun bandara yang jeleknya minta ampun itu. Bandara Ahmad Yani itu diejek sebagai bandara , terjelek se Nusantara. Tapi semuanya menyerah dengan berbagai alasan dan hambatan.
Tapi begitu Ganjar jadi gubernur, bandara itu kini dibangun megah. Ganjar melobi Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, termasuk militer juga karena bandara itu milik tentara. Ganjar menyelesaikan dan mendamaikan sengketa antar lembaga yang menjadi penghambat pengembangan bandara. Kemudian Ganjar juga berhasil meyakinkan pusat untuk membangun bandara di Purbalingga dan Blora. Dua-duanya berkat kerja keras Ganjar dan para bupati setempat. Mereka sepakat bahwa keberadaan bandara sangat penting untuk menunjang kemajuan wilayah. Investor jelas lebih senang karena akses ke Jateng bagian tengah dan timur kini lebih mudah.
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Misalnya, mewujudkan listrik 24 jam di Karimunjawa. Bayangkan sejak Indonesia Merdeka, rakyat Karimunjawa baru menikmati listrik belum lama. Sebelumnya hanya enam jam saja, hanya di kala malam. Kalau siang mati listriknya. Nah, Ganjar melobi PLN. Jadilah sekarang listriknya siang malam ngalir terus. Internet masuk, pelajar jadi lebih mudah belajarnya, ekonomi kreatif tumbuh, dan pariwisata pun berkembang pesat di sana.Dari sisi birokrasi Pemprov Jateng sudah berubah jauh. Tak ada lagi sekarang budaya setoran proyek, jual beli jabatan, parsel dari bawahan ke atasan, dan silang sengkarut koruptif lainnya. Ganjar mengubah mindset pejabat Pemprov Jateng menjadi lebih berintegritas dan melayani rakyat.
Ini kerja yang tidak kelihatan Mas Alif. Tapi justru yang paling sulit. Semuanya harus dimulai dari Ganjar sendiri. Ia memberi contoh bagaimana menjadi pemimpin sekaligus pelayan rakyat. Ia sering turun ke lapangan, menyapa masyarakat, dan lain sebagainya. Ia tidak meminta setoran, anti gratifikasi, dan tidak ada satupun teman dan keluarganya yang bermain proyek pemerintahan.Tidak kelihatan kerja dan prosesnya tapi hasilnya bisa dilihat. Mungkin Mas Alif pernah membaca bagaimana KPK memberi penghargaan pada Pemprov Jateng. Tahun 2015 dan 2016 sebagai Provinsi dengan Pengendalian Gratifikasi Terbaik, Tahun 2017 provinsi dengan Tingkat Kepatuhan Pelaporan LHKPN Terbaik.
Tahun 2020 Jateng malah jadi juara umum penghargaan KPK dengan menyabet empat penghargaan pengelolaan LHKPN dan pengendalian gratifikasi terbaik. Sebelumnya, Pemprov Jateng juga meraih indeks tertinggi dalam Survei Penilaian Integritas antar lembaga di Indonesia. Bukan survei main-main karena yang menyelenggarakan KPK bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik. Yang dinilai dari budaya organisasi, keberadaan suap, gratifikasi, pengelolaan keuangan, dan lainnya.Pemprov Jateng juga sekarang terdepan dalam pengelolaan zakat ASN. Sekitar Rp 2,5 M perbulan saat ini dihasilkan hanya dari zakat ASN Pemprov. Kementerian Agama menyatakan ini pencapaian terbaik se-Indonesia. Hasilnya untuk apa?
Untuk membantu warga miskin, pengobatan, sumbangan ke panti asuhan, panti jompo, membangun rumah tidak layak huni, menebus ijazah siswa dari sekolah swasta dan sebagainya. Bayangkan kalau pengelolaan zakat se-Indonesia dimaksimalkan. Ada dana bersih, halal dan mekanismenya tidak ribet untuk membantu warga miskin se Nusantara. Caranya gimana sih, tanyakan pada Ganjar saja kok dia bisa sementara banyak provinsi lain tidak melakukannya.Dan masih ada Kartu Jateng Sejahtera. Ini khusus untuk warga Jateng yang tidak produktif. Misalnya manula, orang lumpuh, sakit-sakitan. Ada insentif 250 ribu perbulan untuk mereka. Ada juga insentif untuk pengajar keagamaan. Misalnya guru ngaji, pengajar TPQ dll. Juga untuk pengajar agama Buddha, Hindu, Kristen, dan Katholik. Meski masih sedikit, tapi setidaknya itu bentuk perhatian pemerintah pada mereka.
Ini belum semuanya , Masih banyak lagi program dan kebijakan Ganjar yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jawa Tengah. Tapi tentu saja Ganjar bukan pemimpin tanpa kekurangan. Bahkan dia sendiri berulang kali mengatakan belum berhasil menjadi gubernur. Masih banyak yang harus ia kejar dan wujudkan.Semoga yang saya tuliskan ini bisa membantu memberi sedikit pencerahan.Salam..
Sumber : Status Facebook Mazdjo Pray
Comment