by

Doa Harus Ada Dalilnya?

Oleh : Harun Iskandar

Ada teman FB yg posting tentang ‘doa’. Katanya, saya juga belum jelas, semacam ‘ijazah’ dari Mbah Moen. ‘Masuk rumah sebaiknya baca Surat Al Ikhlas. Paling ndak satu kali’. Demikian dawuh Mbah Moen.

Surat Ikhlas ini cuma 4 ayat. Yang ‘kukuhkan’ bahwa Tuhan, Allah, itu Esa, tempat meminta, ndak beranak apalagi diperanakkan, ndak ada sesuatu pun yang setara Dia . . .

Lalu ada yang tanya, ‘Surat itu tentang apa ?’

Teman FB saya tadi njawab santai, ‘Ndak tahu,’ Mesti guyon. Wong surat cuma 4 ayat, bacaan harian juga, kok ndak tahu . . .

Tapi yang tanya timpali dengan serius, ber- ‘dalil’ pakai Surat Al Isra’ ayat 36,

‘Jangan mengikuti kamu mengikuti yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua akan diminta pertanggungan jawabnya . . .’

Di jalan, sambil nyetir, saya biasa dzkir 4 plus 4. Berulang kali. Sambil dengarkan lagu2, bukan ‘murotal’.

Yaa Razak, Yaa Rohman, Yaa Rochim, Yaa Aziz. Kalau bole saya ‘artikan’, semoga Allah lindungi rejeki saya, mobil. Jika ada kecelakaan, semoga ndak parah, semoga (lawan) orang yang berkaitan bisa maklum, karena orang itu welas asih. Rohman dan Rahim.

Andai orangnya ngeyel, lalu berkelahi, semoga saya yang menang. Aziz . . .

Yaa Ghani, Yaa Hadi, Ya Aziz, Ya Sabur . . .

Yang Maha Mencukupi, Yang Maha Pemberi Petunjuk, Yang Maha Kuat dan Jaya, Yang Maha Welas Asih dan Sabar . . .

Yang terakhir ini, Sabur, sabar, amat saya butuhkan, karena saya termasuk orang yang ‘marahan’ . . .

Sama juga, kalau ditanya dalilnya mana atau apa, saya juga bingung. Aneh pertanyaannya. Nurut saya. Doa kok butuh dalil . . .

Doa itu wujud pengakuan kita pada Tuhan. Bahwa kita cuma ‘céréménté’, debu, ndak ada arti, dan ndak punya ‘purba-wasesa’. Bahkan atas diri kita sendiri. Maka, jika ada perlu minta saja kepada yang Maha Layak . . .

Namun juga jangan lupa, manusia itu punya kekuatan yang luarbiasa. Daya linuwih. Yang bisa berguna menunjang hasil yang diharap.

Itu bisa digali. Caranya macem2. Yang penting dirinya yakin. Untuk yakin caranya juga macem2. Diantaranya ya doa tadi.

Kalau baca cerita Silat Jawa, terutama karya SH Mintardja, banyak contohnya. Rangga Tohjaya, lebih dikenal dengan Mahesa Jenar, dengan aji Sasrabirawa, telapak tangannya bisa bikin batu hitam hancur lebur.

Bahkan dalam buku cerita yang lain, Rangga pasukan khusus Mataram, Agung Sedayu, malah mampu hancur leburkan jadi debu, sebongkah batu hitam, cuma dengan sorot matanya . . .

Waktu ‘latihan’, mereka berdua, Mahesa Jenar dan Agung Sedayu, sama2 konsentrasi tinggi. Biasanya diawali dengan ‘tarak’, cegah minum makanan tertentu, atau justru makan yang tertentu, atau puasa.

Pasrahkan diri, bertekad dalam hati, bahwa ndak satu kekuatan pun yang ndak berasal dari Nya. Mereka hanya ‘lantaran’, cuma menggali semua anugrah yang telah diterima dari Nya.

Lalu, ciiiiaaat . . . !

Itukan kan cuma dongeng ?

Eeh . . . Jangan salah. Di pelosok2 daerah masih ada, kalau bukan banyak, orang2 yang seperti itu. Sakti Mandraguna.

Salah seorang security saya, almarhum, mukim di wilayah Bekasi Kota, bisa buka-bengkokkan gembok besar, sebesar jari jempol tangan orang dewasa, hanya dengan dipuntir . . .

Masih muda, lebih muda dari saya. Meski demikian perlu saya jelaskan. Saya bukan Gurunya, yang beri dia ‘ijazah’. Saya cuma ‘Bos’ nya . . .

Jadi, nurut saya, doa itu ‘bisa saja’ ndak perlu ada dalil. Asal kita srêg, nyês, cocok, terasa hormat dan ndak nglunjak pada Tuhan, maka berangkatlah . . .

Sebelum posting tulisan di FB, saya juga selalu berdoa. Baca Bismillah, Selawat Nabi, Laa hawla wa laa quwwata illah billah . . .

Kalau mau cari ‘dalil’nya ya mesti ndak nemu. Wong FB buatan ‘wahyudi’, Hape dari Korea . . .

Selamat Jumatan . . .

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed