Oleh : Sahir Nopi
Budiman Sudjatmiko harus menerima akibat ulahnya bermain api, dia dipecat dari PDIP. Selang sehari pemecatan, belum ada pernyataan resmi dari Prabowo. Orang yang didukung Budiman sebagai Capres. Padahal dukungannya tidak tanggung-tanggung, membentuk relawan Prabu, Prabowo Budiman. Yang sudah muncul pernyataan dari petinggi Gerindra jika sanksi Budiman bukan urusan mereka. Itu yang disampaikan oleh Habiburrohman. Siapapun menilai, memang Budiman jelas salah. Sebagai pengurus partai, dia tidak bisa seenaknya mendukung Capres yang bukan dimandatkan partai.
Dia tidak bisa merasa seenaknya sendiri, merasa punya jasa di PDIP lalu merasa punya kemerdekaan mendukung Prabowo. Tidak mungkin orang sekelas Budiman tidak tahu aturan partai. Mau jadi apa nasib demokrasi di Indonesia jika kader partai merasa punya hak mendukung orang. Disini pentingnya letak loyalitas pada partai ditegakkan. Tentu kita bisa lihat kasusnya, loyalitas itu pada penegakan aturan partai. Kalau memang tidak sesuai, mundur itu jalan terbaik.
Ada banyak koq petinggi partai yang undur diri waktu Capres dideklarasikan. Kita bisa belajar dari beberapa kader Nasdem. Mereka mengaku kecewa sebab Surya Paloh menempatkan Anies sebagai Capres. Bisa jadi Budiman berdalih, presiden belum mengarahkan pada siapa dukungannya. Tapi melihat individu Jokowi sebagai presiden dalam konteks Pilpres jelas keliru. Percayalah, sebagai kader PDIP Jokowi jelas bakal turun gunung mengkampanyekan Ganjar. Memang sih, banyak orang dekat Prabowo mengklaim jika Jokowi akan berpihak ke Prabowo. Narasi itu sengaja dibangun sebagai upaya mendapat dukungan dari pendukung Jokowi.
Dalam sejarahnya berpolitik, pernahkah sekali saja Jokowi merendahkan PDIP? Tidak pernah. Padahal dia itu kader terbaik PDIP sejak partai itu dideklarasikan. Kontribusinya melebihi besarnya PDIP karena mampu meraih banyak dukungan masyarakat. Tidakkah kita melihat, suara perolehan presiden lebih besar dari partai. Disamping itu, relawan presiden yang paling besar ya Jokowi. Sebelumnya, tidak pernah ada catatan seorang presiden memiliki relawan, jalur non partai.
Apakah pemecatan Budiman ini jadi pertanda, jika para simpatisan presiden maupun putranya, mas Gibran Rakabuming tidak segera balik badan nasib mereka bisa sama seperti Budiman? Mereka memang tidak dipecat dari mana-mana, tapi bisa tidak mendapat apa-apa. Ini kesempatan untuk menentukan sikap, akankah tetap bertahan mendukung Prabowo dan itu berarti mengambil jalan berbeda atau balik badan.
Comment