by

Aksi Prabowo Pecah Pendukung Ganjar

Oleh : Wulyo Utomo

Publik mestinya tidak kaget dengan kedatangan Prabowo ke DPP PSI. Itu memang strategi yang dilakukan tim capres Gerindra untuk melemahkan kekuatan pendukung Ganjar. Sebelumnya aksi pecah dukungan sudah dilakukan ke relawan Jokowi maupun relawan Gibran. Akibat kunjungan itu, beberapa elit PSI mengundurkan diri diantaranya Guntur Romli. Padahal sebelumnya PSI sudah mendeclare jika mereka bakal mengusung Ganjar Pranowo.

Agak mengejutkan memang, mengapa PSI tidak segera merapat ke PDIP? Dan kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan Prabowo untuk makin mempreteli kekuatan Ganjar. Kalau dibiarkan saja tentu segera terjadi konsolidasi. Memecah kekuatan bisa diibaratkan upaya mengurangi kekuatan gelombang yang bisa memukul balik Prabowo. Dirinya tidak mau kejadian Pilpres 2014 dan 2019 kembali terulang. Beberapa minggu ke depan, akan ada aksi penggembosan atas kuatnya dukungan pada capres yang masih menjabat Gubernur Jawa Tengah itu.

Misalnya PAN dan Golkar, yang terlihat belum mengambil keputusan merapat ke mana. Peluang ini akan segera diambil Gerindra. Hanya momentumnya yang belum ada saja. Termasuk upaya mengajak Erick Thohir jadi Cawapres. Sayangnya Erick sangat tahu, jika merapat ke Prabowo, peluang menangnya bakal lebih tipis. Makanya dirinya lebih fokus menyelesaikan tugas sebagai menteri dan juga ketua PSSI.

Pembajakan atas kekuatan Ganjar tidak berhenti dalam waktu dekat. Langkah ini memang diambil karena tahu Ganjar tidak punya uang, dan bisa jadi relawan ada yang butuh cuan. Ada yang butuh dan ada yang punya uang, klop sudah. Beberapa relawan yang tidak tahan godaan jelas segera merapat. Pertama ada Joman, Jokowi mania. Berubah nama jadi GP Mania. Karena tak juga mendapat perhatian, ganti Prabowo Mania 08.

Kalau lihat pimpinan Prabowo Mania 08, si Emmanuel Ebenezer, tentu wajar saja. Paska dicopot dari jabatan komisaris dia membutuhkan jaminan untuk biaya hidup. Kalau berharap dari pak Ganjar, apa yang bisa dia dapatkan? tidak ada. Merapat ke Prabowo jelas ada harganya. Lalu juga suara sumbang Projo, melalui ketua umumnya, pak Budi Arie, jelas mulai beralih. Dia berani menyebut pak Jokowi bakal meninggalkan PDIP, bahkan condong memilih Prabowo.

Budi Arie bukan tidak tahu komitmen pak Jokowi, tapi memang tahu karakter presiden yang jelas tidak berkonfrontasi secara terbuka. Makanya pernyataan-pernyataan itu didiamkan saja. Justru Budi Arie diangkat jadi Menkominfo. Beberapa pihak mempertanyakan keputusan ini. Malah ada yang bilang, justru Budi Arie diangkat menteri karena ucapan terima kasih atas dukungan yang diberikan agar presiden merapat ke Prabowo. Itu jelas analisis yang terlalu simpel atau gampang. Naiknya Budi Arie jadi Menkominfo malah tindakan presiden meletakkan ketua Projo ke kursi panas. Adiknya terseret kasus BTS, sementara dia jadi menteri yang harus menuntaskan proyek BTS. Ini jelas sebuah simalakama.

Kalau kursi itu sebagai ucapan terima kasih, Projo tentu makin keras bersuara. Lihatlah sekarang, mereka diam seribu bahasa. Budi Arie sendiripun mungkin kaget, ternyata dia dijebak karena teledor menyampaikan presiden lebih dukung Prabowo.

Sumber : Status Facebook Wulyo Utomo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed