by

Tarawih Berjamaah

Oleh : Ahmad Sarwat

Salah satu yang selalu dikorbankan dalam banyak kesempatan acara buka puasa bersama adalah shalat tarawih berjamaah.

Pengalaman saya setiap ikut acara buk-ber yang kurang dikonsep dengan baik, biasa kehilangan kesempatan untuk bisa bertarawih berjamaah.

Kadang jadi tarawih sendirian, kadang malah sama sekali tidak tarawih. Suka sedih kalau dipikir-pikir.

Bukan apa-apa, biasanya acara buk-ber itu digelar tidak satu paket dengan tarawih. Begitu selesai buka bersama, biasanya kita malah asyik ngobrol ngalor, ngidul, ngetan, ngulon.

Tarawihnya sendiri malah bablas dan Wallahu a’lam. Duh, sayang banget.

Padahal bagian utama dari qiyam Ramadhan justru pada tarawihnya, bukan pada berbuka bersamanya.

Kalau bisa sih tarawih berjamaah itu jangan sampai ada yang bolong, meski hukumnya memang tidak wajib. Soalnya kesempatan bertarawih itu hanya ada 30 kali saja dalam setahun. Terlalu sayang kalau dilewatkan begitu saja, hanya dengan alasan makan-makan dan kumpul-kumpul.

Kalau dalam bab berbuka, yang mendatangkan pahala bukan kebersamaannya, tetapi sedekah memberi makan orang berbuka puasa.

Sementara yang lebih sering kita fokuskan justru malah ngumpul-ngumpul saat berbuka. Bagus-bagus saja sih, tapi bukan faktor penentu dalam meraih pahala besar.

Agak lama saya merenung masalah yang oleh banyak orang dianggap sepele, sampai akhirnya saya ganti konsep acara. Kita tidak mengadakan acara buka bersama, tapi justru kita mengadakan acara tarawih bersama.

Inti acara justru pada tarawihnya, sedangkan acara berbuka bersama hanya embel-embelnya. Mau datang sejak berbuka silahkan, namun acara inti adalah tarawihnya.

Maka yang sejak awal kudu disiapkan justru area untuk shalat tarawih dengan segala keperluannya. Syukur-syukur kalau tempatnya berupa masjid, tentu lebih besar lagi nilai pahalanya. Karena bisa sekalian diniatkan i’tikaf juga.

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed