by

Tampil Agamis? IS juga Agamis

Oleh : Alto L

Waktu mulai masuk ke Raqqa itu hanya dengan 50 orang saja” begitu kata orang yang mengendarai mobil dengan pelat RQE saat bersama menyusuri jalan di antara gedung-gedung bertingkat dengan bekas tembakan memenuhi dindingnya.”Jadi, waktu itu penduduk Raqqa menganggap ISIS sebagai apa? Apakah sebagai kelompok teroris, atau sebagai sebuah kekuatan politik?” tanyaku kepada orang ini.

“ISIS dilihat sebagai kelompok yang religius. Mereka tampil berbeda dengan milisi-milisi sebelumnya. Mereka mengedepankan pendekatan agama. Mereka ‘tampil’ agamis. Mereka sholat, mereka sopan. Ini membuat orang-orang Raqqa yang sudah punya ‘grievances’ karena perang, merasa bahwa kelompok baru ini adalah kelompok penyelamat”. Kata si driver.Sama seperti di Mosul, awal masuknya mereka di Raqqa,IS mempersilahkan orang-orang yang ingin keluar dari Raqqa untuk meninggalkan Raqqa.

Tanpa teror, tanpa paksaan, tanpa harus membayar jatah preman. Mereka mempersilahkan orang Kristen untuk meninggalkan Raqqa juga. Mereka tidak menunjukkan kebengisan, mereka tidak memakai teror. Wajah mereka adalah wajah yang ramah. Orang-orang yang meninggalkan Raqqa saat itu kebanyakan adalah orang-orang yang kritis dan sudah tahu bahwa wajah ramah dan agamis IS hanyalah topeng semata.

Dan mereka tidak salah. Kasihannya, sebagian besar lainnya tidak menduga jika wajah religius itu akan berubah menjadi monster dengan predikat organisasi teror terkaya di dunia. Mereka naif dan menganggap IS gak akan jadi masalah buat mereka.Hal ini kemudian berubah 180 derajat saat IS mulai mengontrol Raqqa. Mereka berubah! Kendaraan umum yang dulunya diperbolehkan untuk datang dari Damascus ke Hasakah melewati Raqqa lewat jalan tol M4 mulai dihentikan. Penumpang mulai dicek identitasnya. Yang bukan arab langsung dieksekusi, yang perempuan tidak berjilbab langsung diturunkan dari bus dan dipenggal kepalanya.

Orang-orang Kristen dipaksa untuk membayar pajak (jizyah) yang nilainya suka-suka. Orang-orang yang ingin meninggalkan Raqqa harus membayar para penyelundup, yang juga adalah kaki-tangan IS. Ada yang menjual seluruh harta benda mereka hanya untuk membayar keselamatan mereka saat meninggalkan kota ini. Akhirnya, yang bisa meninggalkan Raqqa hanyalah orang-orang yang mampu secara finansial saja. Yang tinggal adalah orang-orang yang tidak punya apa-apa, dan jumlah mereka sangat banyak.Sama seperti petualanganku di Mosul, jelas terlihat bahwa kelompok-kelompok teror seperti IS bukanlah merupakan sekumpulan orang-orang bodoh.

Mereka mengerti betul psikologis massa dan cerdas dalam memakai taktik mereka. Wajah agamis dan sopan mereka hanyalah sementara saja untuk menutup niat mereka yang sebenarnya. Mereka tahu cara mengeksploitasi ‘grievances’ dari masyarakat yang menjadi sasaran mereka.Di lain pihak, masyarakat yang sudah punya pengalaman buruk sebelumnya akan dengan mudah dibodohin oleh orang atau kelompok yang terlihat lebih sopan, baik, dan agamis dari orang atau kelompok sebelumnya. “kenapa tidak, toh mereka ini mungkin saja lebih baik dari sebelumnya”. Ignorance dan sikap permisif inilah yang dipraktikkan masyarakat di Raqqa, dan di Mosul.

Akhirnya menyesal bahwa tidak semua yang berpenampilan agamis, menjanjikan surga, dan bersikap sopan adalah orang-orang yang memang tulus. Pengalaman penduduk Raqqa adalah contohnya. Sekarang, kota yang pernah disebut sebagai “Black city” karena perempuan-perempuannya harus memakai cadar dan pakaian berwarna hitam itu sudah kembali menjadi kota yang sangat ramai. Ada tempat biliard, ada cafe-cafe dengan internet yang kencang, ada tempat-tempat rekreasi di mana perempuan-perempuan Raqqa dengan pakaian yang santai duduk sambil menghisap rokok bersama dengan laki-laki satu meja.

Di bundaran al-Naim, bundaran yang paling terkenal di Raqqa di jaman IS karena menjadi tempat eksekusi publik, sekarang dikelilingi cafe-cafe di mana anak-anak, orang tua, pemuda dan pemudi menikmati malam dengan suhu 30an derajat, tanpa ketakutan akan IS dan terornya. Di balik gedung-gedung yang masih berbekas peluru itu, ada tulisan I❤️Raqqa. Semoga kita bisa belajar dari Raqqa, dan Mosul, bahwa jangan mudah dibodohin kelompok-kelompok yang terlihat agamis, dengan kelakukan religius dan sopan. Pelajari mereka, baca mereka dan tantang mereka, karena mungkin saja, kesempatanmu untuk hidup aman dan damai itu tidak akan kamu dapatkan lagi ketika mereka sudah berkuasa. Dengan kaos 1934, tahun lahirnya GP Ansor yang sekarang dikomandoi oleh GusMen bro Yaqut Cholil Qoumas, salam dari Raqqa, Suriah.

Sumber : Status Facebook Alto L

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed