Oleh: Erizeli Bandaro
Hanya karena Jokowi, Ganjar, dan Prabowo datang ke acara panen raya di Jawa Tengah dan ketiganya berswafoto bareng para petani yang sedang memanen padi. Publik terutama para pengamat , lembaga rating, rame menganalisa. Bahwa sudah ada sinyal dari Jokowi bahwa Ganjar akan berpasangan dengan Prabowo. Rameh dah jagad maya. Padahal itu hanya ulah media. Cara sensasi naikin rating. Pihak PDIP sendiri membantah dan terakhir Jokowi juga bantah.
Kalau anda menganalisa Politik berdasarkan data, maka anda akan sampai kepada kesimpulan. Bahwa Prabowo itu hanya bisa dapat suara bila narasi politiknya bersama dengan kelompok Islam. Mari kita lihat data. Tahun 2009, Prabowo berpasangan dengan Megawati, suara Gerindra hanya 4,46%. Itu nasionalis dan nasionalis. Tahun 2014 Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa. Itu perpaduan Islam ( PAN ) dan Gerindra ( nasionalis). Gerindra dapat suara 11,81%. Tahun 2019, Prabowo berpasangan dengan Sandi yang didukung koalisi Islam ( PAN dan PKS). Suara naik 12,31%.
Dari data tersebut jelas saja Gerindra engga mungkin mau berkoalisi dengan PDIP. Itu sama saja jeruk sama jeruk. Dan lagi hasil munas Gerindra mengamanahkan Prabowo sebagai capres. Dan lagi ingat dech. PDIP itu partai pemenang pemilu. Dia satu satunya partai yang lolos presidential threshold. Mana mungkin Megawati mau kianati kadernya diakar rumput dengan jadikan kadernya sebagai Cawapres. Emangnya gampang dapatkan suara diatas 20%. Itu bukan hanya bersuara di sosmed doang, tetapi keringat para akar rumput di seluruh Indonesia, yang ada di lereng gunung, di pulau terluar, dan di desa.
Makin lama makin ketahuan belangnya para pengamat dari lembaga survey. Semakin membodohi publik. Apalagi dengan kalimat bombamdis. “ Prabowo-Ganjar, menang mudah”. Padahal itu jebakan badman. Sengaja agar Anies menang mudah. Mengapa ? Kalau nasionalis ( PDIP) bersama nasionalis ( Gerindra ) pasangan Pilpres, maka itu sama saja memancing gerakan islam bersatu. Pasti kalah mudah. Justru Anies bersama koalisi islam menang mudah. Pahami islam sebagai mayoritas sama halnya pahami jawa sebagai mayoritas. Itu takdir indonesia sebagai bangsa.
(Sumber: Facebook DDB)
Comment