by

Politik Dagang Sapi

Oleh : Dahono Prasetyo

Menanggapi foto kemarin seperti ini ibarat menyusun puzzle yang berserak. Puluhan serpihan di sana butuh beberapa kepingan di sudut sini untuk disusun jika ingin melihat citra utuhnya.

Habib Abu Bakar Al-Habsy mencium punggung tangan Surya Paloh dengan ta’zim menjadi biasa dalam sebuah proses transaksi politik.

Menjadi terasa luar biasa ketika proses itu menuai hasil akhir. Tidak pernah ada fanatisme dalam politik, meskipun mengatasnamakan agama sekalipun.

Bagi yang sudah terlanjur meyakini perjuangan agamanya di jalur politik, saat menyaksikan wajah asli partainya, tidak hanya kecewa yang didapat. Tetapi anomali ketidakpercayaan pada orang yang dihormatinya, bahkan kepada yang menyandang gelar Habib.

Seringkali perang saudara di sebuah negara terjadi bukan karena rakyatnya yang kelaparan. Tetapi para elitenya memberi contoh yang buruk tentang cara mencari makan.

Politik transaksional melahirkan egosentris. Dan hasil egosentris adalah kepura-puraan yang dibalut kemasan wangi janji surga.

Pedagang sapi yang lihai akan melabeli harga setinggi-tingginya. Pembeli sapi yang cerdas, akan menawar serendah-rendahnya. Bagaimana akhirnya bisa terjadi transaksi?

Keduanya diam-diam sudah sepakat di seberang pasar. Yang nampak kita saksikan kembali lagi hanya salah satu kepingan puzzle.

Daripada suntuk menganalisa, kita belajar bahasa gesture saja, tentang apa yang terpampang di foto.

Karena gesture tidak pernah bohong bagi yang peka.

Gitu aja dulu…

——–

Sumber : Status Facebook Dahono Prasetyo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed