by

Oppenheimer

Oleh : Atoillah Isvandiary

Ini film panjang. 3 jam. Dan kalau anda membayangkan akan menonton film action yang penuh ledakan, karena memang Oppenheimer ini adalah Bapak Bom Atom, mungkin anda salah studio, dipersilahkan pindah ke studio sebelah yang pada saat yang sama memutar film Barbie.

Beberapa kali saya lihat di sebelah kiri kanan saya gelisah, bermain hape. Mungkin melawan kantuk, karena 3 jam menonton adegan percakapan bisa jadi suatu siksaan, bagi jenis penonton yang ikut-ikutan. Biar dikata penonton cerdas atau ikut trend, atau FOMO dengan film ini, yang dibesut oleh sutradara jenius Christopher Nolan.

Oh ya, memang di film ini memang diceritakan tentang penemuan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, tapi adegan ledakan atom di Jepang itu sendiri tak ada. Memang ada adegan uji coba bom atom di Padang pasir los Alamos, yang cukup luar biasa untuk ukuran adegan ledakan tanpa bantuan komputer (CGI), tapi dari kacamata saya, bukan ledakannya yang istimewa. Tapi justru permainan audio dan dramatisasi suasananya. Dan adegan pemberian ucapan selamat untuk Oppenheimer dari para kru nya, yang di beri efek getaran bom yang, lagi lagi karena efek audio Dolby Atmos nya (karena itu nonton film ini secara streaming efeknya akan beda) membuat kita penonton ikut merasa “dikutuk*, seperti perasaan yang dirasakan Oppenheimer saat itu.

Demikian juga alur plotnya. Maju-mundur maju-mundur secara konstan dan cepat. Saya jamin, bagi yang nggak suka dan nggak paham sejarah perang dunia kedua dan perang dingin, itu adalah tambahan siksaan tersendiri. Mungkin lebih enjoy dan sederhana menonton postingan hoaks di group WA yang dikit dikit konspirasi Yahudi, dikit dikit konspirasi komunis. Karena ya, ini topik utamanya sama. Oppenheim adalah yahudi, dan Oppenheim punya keterkaitan hidup dengan komunis, meskipun ia bukan komunis dan mungkin juga tidak menjalankan Kabbalah yahudi. Yang jelas ia bukan zionis.

Lalu apa yang membuat film ini hype?

Ya, saya rasa adalah kualitasnya. Nolan adalah jaminan kualitas itu sendiri. Yang membuat alur maju-mundur Poco-Poco itu justru menjadi penghilang kantuk penuh kejutan dan antusiame bagi penonton yang literatif terhadap sejarah dunia pasca perang dunia.

Dan bicara tentang Bom, saya rasa bom sesungguhnya di film ini adalah deretan cast nya yang betul-betul kelas berat aktingnya. Betul-betul bombardir. Mulai dari Robert “Iron man” Downey Jr., Emily Blunt (Sicario/edge of time), Matt “Jason bourne” Damon, Florence pugh (black widow), Rami “Freddy mercury” Malek, dan… kalau saya tulis lain-lain, itu maksudnya adalah hampir semuanya nama besar Hollywood yang lain. Dan bukan cuma cast nya, tapi tokoh yang diceritakan, semua adalah raksasa sains fisika kuantum. Sebut saja Albert Einstein, Niels Bohr, Enrico Fermi, haduh, nulisnya aja bikin saya yang membaca biografi mereka sejak kelas 5 SD merinding sendiri seolah melihat kembali mereka hidup.

Tapi, yang paling membuat saya masih tercenung lama setelah melihat film Oppenheimer ini adalah suatu insight yang, menurut saya mengerikan.

Saat Oppenheimer dan tim menemukan bom atom itu, rasanya lebih besar konsekuensinya dari sekedar analogi kotak Pandora, atau Prometheus yang mencuri api dari dewa-dewa lalu diberikan kepada manusia untuk menghancurkan manusia itu sendiri dalam mitologi Yunani.

Dahsyatnya bom atom, yang kemudian menginspirasi negara negara adidaya untuk berlomba-lomba menciptakan bom hidrogen yang lebih dahsyat lagi karena efek reaksi berantai tanpa putus yang akan menhancurkan atmosfer, pada gilirannya akan menghancurkan bumi sebagaimana hancurnya planet krypton.

Mungkin saat ini, detonator bom atom, bom hidrogen, atau senjata pemusnah massal apapun itu, masih di tangan manusia. Yang se serakah-serakahnya, masih punya insting mempertahankan spesies, dan itu cukup untuk mengendalikan tangan tangan serakah itu dari saling memencet tombol peluncur senjata berhulu ledak nuklir dan hidrogen itu.

Tapi, saat ini ada yang lebih berbahaya dari manusia itu sendiri, dan suatu saat juga akan memiliki insting bertahan hidup dan karenanya ia harus memusnahkan populasi manusia.

Saya hanya berharap, jangan sampai detonator bom itu jatuh ke tangan Artificial Intelligence.

Sumber : Status Facebook Atoillah Isvandiary

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed