by

Cara Warga Jepang Didik Anak-Anak

Oleh : Budi Santosa Purwokartiko

Dari postingan Pak Nurseto, saya jadi tertarik mengapa Jepang membuat aturan yang melarang pemaksaan kegiatan agama kepada anak-anak dan juga melarang menakuti anak dengan ancaman neraka.

Bermula dari Tetsuya Yamagami yang menembak Shinzo Abe mantan PM Jepang yang sangat populer dan dihormati rakyat Jepang (Juli 2022). Kemudian orang bertanya-tanya mengapa Yamagami menembak Abe? Ternyata karena Yamagami meyakini Shinzo Abe terlibat atau setidaknya mendukung keberadaan organisasi keagamaan Gereja Unifikasi yang berpusat di Korea Selatan. Di sinyalir banyak politisi Jepang (di kabinet) terlibat organisasi ini.

Mengapa Yamagami membenci organisasi itu? Ibunya yang harus membesarkan 3 anaknya karena suaminya meninggal, menjadi anggota organisasi itu. Ibu Yamagami bangkrut karena sering memberikan donasi yang jumlahnya sangat besar, hingga milyaran. Bapaknya dulu mempunyai usaha konstruksi yang sukses, lalu ibunya bangkrut karena menyumbangkan hartanya untuk organisasi keagamaan itu. Sementara Yamagami adalah pengangguran.

Seorang pemuda Jepang mengungkap masalah yang dialami Yamagami, mungkin juga terjadi pada warga Jepang yang lain.

“Tidak ada sistem untuk melindungi kami. Hak konstitusi kami—untuk beriman pada agama apapun yang kami pilih- ditindas. Tapi pemerintah sudah lama memperlakukan hak ini sebagai ‘masalah keluarga’,” ujarnya.

Belakangan sepertinya Pemerintah merespon keluhan pemuda tersebut (mungkin juga banyak keluhan serupa) dengan membuat aturan soal pelecehan anak. Kementerian Kesehatan Jepang menjelaskan:

– Mengancam atau memaksa anak mengikuti kegiatan keagamaan, atau

– Menebar ketakutan pada anak² bahwa mereka akan masuk neraka jika tidak ikut kegiatan keagamaan.

Bisa digolongkan sebagai pelecehan anak (child abuse) .

Tindakan lain yang tergolong penelantaran anak adalah :

– Tidak bisa menyediakan makanan atau tempat tinggal yang layak bagi anak² karena dana habis untuk sumbangan atau aktivitas keagamaan.

– Menghalangi interaksi anak dengan teman² yang beda agama yang dapat merusak keterampilan sosial mereka.

Itu sebagian yang terjadi pada Yamagami. Mereka bertindak agar anak2 tidak jadi korban tindakan orang tuanya. Apalagi sampai mendukung kegiatan keagamaan yang dianggap menyimpang atau sesat.

Bagaimana dengan di sini?

Sumber : Status Facebook Budi Santosa Purwokartiko

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed