by

Mensakralkan Atau Mengkomersialkan Borobudur?

Oleh : Nurul Indra

Gimanapun, aku ga setuju dengan aturan apapun itu yang ada unsur diskriminatifnya. Baik itu diskriminasi agama, jender, status ekonomi, status pendidikan dll.

Diskriminasi itu misal, syarat daftar PNS di kota A harus beragama X, Hanya pria yang boleh kuliah, yang boleh bahas penyakit dan kesehatan hanya dokter, yang boleh naik ke atas candi hanya yang mampu bayar 750 rb. Karena, bertentangan dengan hati nurani yang selama ini menginginkan keadilan, kesetaraan dan toleransi.

Target mematok tarif Rp 750rb untuk naik borobudur adalah membatasi pengunjung, tapi :

1. pendapatan dari wisata borobudur mininal tetap sama dengan sebelum dibatasi.

2. Roda ekonomi UKM di seputaran borobudur tetap berjalan seperti biasa.

Padahal :

1. Mensyaratkan bayar Rp 750rb untuk naik ke candi dan yang hanya mampu bayar Rp 50rb cukup di pelataran saja dapat mengurangi minat wislok. Apakah wislok masih banyak yang berminat ke Borobudur jika hanya bisa dipelataran saja? Jika naik candi harus bayar Rp 750rb?

Apalagi jika alasannya untuk mensakralkan candi, menjaga dari kerusakan yang lebih parah. Buat yang sekedar ingin foto-foto atau selfi di atas candi, bisa naik ke candi asal bayar Rp 750rb.

Itu artinya hanya mensakralkan candi dari golongan yang tidak mampu bayar Rp 750rb saja. Kecuali jika arahnya memang komersialisasi.

Mungkin, dalam tujuan pembatasan, yang dapat naik ke candi itu harus ada yang dikorbankan. Tapi, mengorbankan rakyat setempat yang tidak mampu bayar Rp 750rb padahal punya hak yang sama (sebagai rakyat Indonesia) dengan yang mampu bayar Rp 750rb itu menurutku kurang manusiawi.

Ada cara lain jika tujuannya ingin membatasi tanpa mengorbankan ekonomi UKM di sekitar candi dan tanpa mengurangi pendapatan pengelola candi. Misal, dibatasi sekaligus tarif dinaikkan secara wajar yang sekiranya lebih terjangkau masyarakat umum.

Atau kalau tujuannya betul2 mau disakralkan ya ga ada yang boleh naik. Khusus buat ibadah, penelitian dan studi. Wisatawan hanya boleh di pelataran candi.

Maaf sebelumnya jika ada yang ga setuju dg pendapat ini. Prokontra boleh, tapi tetaplah saling menghormati.

Sumber : Status Facebook Nurul Indra

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed