Oleh : Uswah
Kita sangat boleh kok tidak menyepakati tafsiran-tafsiran yang terkesan konservatif, misoginis, atau patriarkis.
Maka mencari alternatif lain dari interpretasi teks-teks Islam klasik yang selama ini dibaca dengan cara pandang maskulin merupakan bentuk representasi Islam yang rahmah.
Kita seharusnya beruntung ketika mengetahui bahwa ternyata Al-Qur’an memuat banyak hal yang luar biasa, tidak sekadar menceritakan surga dan neraka, kenikmatan dan kesesatan. Ada berbagai aspek ilmu dalam Al-Qur’an yang menjadi pedoman manusia, meskipun hal-hal tersebut merupakan ‘produk’ lama yang diolah kembali oleh para pembaharu keilmuan Islam demi satu kata; RELEVAN.
Jika mengaku menjadi santri yang moderat, tentu saja memiliki karakter “Al-Muhafadzatu ala al-Qadimi as-Shalih, wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Aslah” adalah suatu hang tag wajib sebagai branding santri sejati. Bukannya merasa pongah menafikan keilmuan ulama terdahulu.
Banyak orang yang mengamini bahwa pintu ijtihad tidak pernah tertutup, namun terbatas, tidak sembarangan orang bisa berijtihad. Memilih taqlid para ulama adalah jalan yang paling selamat.
Kita sangat boleh untuk sepakat pada suatu hal dan tidak sepakat terhadap banyak hal. Mie saja punya madzhab; madzhab indomie, madzhab mie sedap, dan beberapa sekte mie lainnya, belum lagi aliran bubur diaduk dan tidak diaduk, bahkan aliran yang tidak suka bubur dalam jenis apa pun. Mengapa harus perang kata-kata selagi masih bisa ngopi sambil menatap langit yang sama?
Mari menghargai bahwa penafsiran dalam beberapa kitab klasik itu tidaklah keliru, tetapi bagian dari pola pikir yang ilmiah. Dirumuskan oleh para ulama melalui keilmuan yang terstruktur dan bersanad. Bukankah ijtihad satu tidak dapat dianulir dengan ijtihad yang lain? Mari berdakwah tanpa meremehkan ‘produk’ hukum ulama klasik. Apalagi merisak orang lain yang berpegang teguh terhadap landasan keilmuan para pendahulu.
Jadi, sudahkah kita menghancurkan berhala yang bernama “Si Paling” dalam diri kita?
Si Paling Nggedabrus
Sumber : Status Facebook Uswah
Comment