by

Hot Hot Chicken Shit

Oleh : Lalu Agus Firad Wirawan

Bahasa Bali yang artinya “HANGAT-HANGAT TAI AYAM”

Kasus Sambo baru saja “mengakhiri masa awal” dari jenjang sistem peradilannya sekira dua minggu lalu dengan hasil yang relatif cukup memuaskan sebagian besar pihak dari mulai keluarga korban hingga seluruh rakyat, setidaknya para pendamba sila kelima daridasar negara kita, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang kemunculannya di negeri ini bak menunggu mukjizat di jaman Nabi!

Kata selesai dalam kasus Sambo masih teramatlah jauh! Itulah sebabnya di beberapa postingan teman-teman saya sering berkomentar sinis, “selesai mbahmu??? Si Babiambo dan ganknya yang terseret kasus tersebut malah sebagian besar belum menyelesaikan sidang tahap pertama di Pengadilan Negeri. Babiambo, istrinya si nenek gatal, ajudan dan pembantunya yang turut serta melakukan pembunuhan belum lagi menjalani sidang banding, kasasi, peninjauan kembali dan permohonan grasi!

Apalagi untuk mereka yang dalam fakta persidangan terbukti berdusta dan justru entah kenapa tak dijadikan tersangka oleh polisi? Apalagi sub-sub atau anak-anak dari kasus pidana inti seperti kasus dugaan gratifikasi dalam bentuk penggunaan pesawat jet pribadi yang konon adalah milik boss besar judi itu oleh Brigjenpol Hendra Kurniawan! Belum lagi pertanyaan besar tentang keaslian metadata rekaman CCTV yang dijadikan barang bukti pada persidangan, kenapa dokter yang melakukan autopsi pertama kali terhadap jenazah Brigadir Joshua tak sama sekali disebut apalagi dipanggil untuk dihadirkan di persidangan??? Daaannn banyak lagi potensi perbuatan melawan hukum lainnya dalam bundel besar kasus yang menurut saya tak sekedar kasus pembunuhan berencana ini! Tapi assuuuudahlah, kita bahas itu kapan-kapan saja. Ada yang jauh lebih menarik untuk dilewatkan, dan itu tentang mentalitas penjilat yang berkembang di lingkungan aparatur negara khususnya kepolisian!

Waktu saya dalam penjara 2 tahun lalu, terjadi sebuah peristiwa dimana presiden Jokowi menemukan fakta mengejutkan ketika melakukan kunjungan mendadak ke pelabuhan peti kemas Tanjung Priok Jakarta Utara. Presiden yang memang punya kebiasaan tak menjaga jarak dengan rakyatnya itu mendapatkan pengaduan langsung dari beberapa sopir peti kendaraan angkut peti kemas yang saban hari menjadi korban pemerasan oleh preman-preman peliharaan operator crane (atau jangan-jangan kontraktor, bahkan anak perusahaan PT. Pelindo yang merupakan BUMN pemegang otoritas kepelabuhanan disana).

Para sopir mengadu kepada Presiden sebagai Panglima tertinggi korps jongos rakyat itu tentang betapa beratnya beban keuangan mereka yang tiap memasuki area pelabuhan harus menyetor dulu kepada “juru pungut” tertentu agar mendapatkan nomor antrean untuk pemindahan dan penempatan kontainer ke kapal. Nominal setoran haram ini memang sangat kecil jika dibandingkan suap pengendara pada oknum polantas di jalan raya, apalagi setoran bandar sabu-sabu atau judi online kepada oknum petinggi keparat eh aparat kepolisian!

Seketika mendengar keluhan para sopir itu, presiden langsung menelpon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, seingat saya presiden memperdengarkan percakapan itu dengan cara mengaktifkan speaker pada perangkat selularnya. Wartawan dari berbagai televisi pun menyiarkan itu langsung ke seluruh dunia!

Tak terkecuali kami di penjara juga menonton bagaimana presiden dengan nada tegas memerintahkan Kapolri untuk segera melakukan pemberantasan pungli dan preman di seluruh Indonesia!

Kapolri tak menunggu esok, hari itu juga, sorenya, sebagian dari para narapidana di Lapas Mataram mendapat kabar dari teman, keluarga atau kerabat mereka bahwa polisi menangkapi para makelar penumpang, buruh angkut dan semua orang yang mereka anggap sebagai “preman” di semua pasar dan/atau terminal di seantero Lombok!

“Hahahahaha huuwweeekkk cuuiiihhhh!!!” teriak salah seorang narapidana narkoba yang dulunya cuma seorang calo tiket bis antar provinsi.

“Kalau bukan mereka yang menyuruh kami berbuat yang tidak-tidak (jadi preman, memeras, mencopet, begal sampai rampok) kami ndak bakal berani berbuat seperti itu pak! Kami justru dilindungi oleh para keparat itu! Kami nyetor! Sebulan paling tidak kami setor Rp. 500 ribu sampai Rp. 1 juta!”

Ia berani bertaruh, penangkapan preman itu paling lama akan berlangsung 5 hari saja sampai berita presiden langsung telpon Kapolri hilang dari layar televisi!

Dan benar saja, seminggu setelahnya, pasar-pasar, pelabuhan dan terminal-terminal di daerah saya kembali diramaikan kehadiran para “preman”!

Sebagaimana kita semua maklum, kasus Irjen Babiambo dihubungkan dengan apa yang kemudian dikenal dengan Mafia 303 (303 adalah pasal KUHP yang mengatur tentang tindak pidana perjudian). Entah siapa yang memulai, Komisi III DPR atau wartawan atau netizen yang memviralkan kemunculan diagram Kekaisaran Sambo yang dikatakan sebagai koordinator para boss judi seluruh Indonesia, baik judi online maupun konvensional!

Terlepas dari hoax atau tidaknya diagram itu, entah kenapa, Kapolri langsung memerintahkan semua jajarannya dari Mabes sampai Polsek seluruh Indonesia untuk segera memberantas segala jenis perjudian dari bumi Indonesia! Otomatis, sejak hari itu tempat-tempat dimana biasanya orang berjudi di kota saya sepi! Mulai dari sabung ayam, sampai judi tradisional China yang diadopsi masyarakat setempat bernama kartu Ceki, ada yang menyebutnya Capbiki juga!

“Wakakakakakakakak!!!” Kali ini giliran saya yang ngakak terpingkal-pingkal!

Bagaimana tidak, di kecamatan tempat saya tinggal saja ada 24 bandar judi bola yang beroperasi tiap malam! Dan saya paham benar bahwa adalah tak mungkin mereka bisa beroperasi seleluasa itu tanpa adanya setoran teratur kepada keparat eh oknum aparat kepolisian!

Keesokan harinya saya langsung menengok posko-posko tempat para agen judi bola mangkal dan menawarkan taruhan, sepi! Saya cari ke rumah mereka juga tak ada! akhirnya saya dapat nomor hp salah satu diantaranya yang kemudian mengatakan; “Sabar pak, tunggu kasus Sambo sepi dulu, baru kami berani buka lagi!” katanya.

“Berapa lama lagi pak?” kejar saya bertanya seolah tak sabar ingin segera membeli nomor togel Singapore yang malam itu situsnya buka.

“Ah, paling lama dua minggu pak… kalau kami tak nyetor seminggu saja mereka sudah seperti orang kelaparan kok!” jawabnya lagi.

Benar saja, kurang dari sepuluh hari, para agen-agen kecil kelas Rp. 2 ribu hingga 10 ribu yang biasanya mangkal di setiap perempatan jalan arteri menuju rumah saya itu muncul lagi, kali ini malah dengan terang-terangan, pakai teriak pula! “Bola pak! Bola bola bolaaaa!!!”

Horreeeee!!! Hidup Babiambo!!! Judi bola dan judi online are back!!!

Belum lagi kasus Irjen Babiambo tuntas, muncul kasus pembantaian Kanjuruhan yang sayangnya tak mendapat perhatian seintens kasus pembunuhan Brigadir Josha, sang ajudan Irjen Babiambo, kepala polisinya polisi itu! Ini mungkin disebabkan terlalu cepatnya kemunculan kasus Irjenpol settan gundul Teddy Minahasa, Kapolda Sumbar dan Kapolda Jatim yang kini duduk sebagai pesakitan dengan dakwaan menjadi bandar sabusabu hasil maling barang bukti secara berjamaah dengan jajarannya mulai dari Kapolres hingga Kapolsek!

Saya tak mendengar ada pidato khusus Kapolri yang memerintahkan jajarannya untuk membasmi peredaran dan payalahgunaan narkoba dengan cara yang sama seperti komandonya memberantas preman dan bandar judi pada dua kasus sebelumnya diatas. Atau mungkin saya yang tak sempat menonton karena memang telah dua bulan lebih sejak awal desember 2022 lalu saya sakit. Tapi dari apa yang saya saksikan di berita-berita online, di beberapa daerah terjadi penangkapan besar terhadap narkotika dan pengedarnya dalam jumlah yang cukup fantastis! Polda Riau memangkap 276 kg Sabusabu dan pengedarnya, Polda Sulawesi Selatan juga dengan 227 kg Sabusabu, dan terakhir yang saya lihat Polda Metro melakukan penangkapan terhadap Sabusabu seberat 220 kg!

Orang awam boleh saja langsung bergembira dan bertepuk tangan dengan “prestasi dadakan” polisi dalam pemberantasan ekstra ordinary crimes (kejahatan luar biasa, karna melibatkan modal besar dan memiliki dampak yang sangat serius serta fatal bagi generasi penerus bangsa!). tapi bagi saya yang sudah terlalu sering menyaksikan dan mengalami maupun menjadi korban kebusukan mental keparat hukum seperti ini, fenomena diatas tak kurang menjijikkan daripada fenomena para pekerja agama yang mengaku wakil Tuhan tapi gemar mencabuli perempuan yang bukan muhrimnya di lokasi yang sedianya oleh ummat dianggap sebagai rumah Tuhan!

Saya mengajak kita semua untuk merenung, apakah sigapnya, hebatnya, gencarnya polisi “memberantas judi, narkotik dan segala macam kejahatan besar di negeri ini terbukti menurunkan kuantitas maupun kualitas terjadinya kejahatan-kejahatan tadi?

Apakah “pemberantasan judi” yang telah terlalu sering kita dengar keluar dari mulut Kapolri sejak jaman kodok sampai sekarang itu berhasil menekan jumlah pemain dan bandar judi?

Apakah “pembasmian narkoba” beserta jaringan pengedarnya yang telah menelan dana ratusan triliun dari APBN (baca uang rakyat) yang dilakukan atas komando Kapolri dan jajarannya sejak jaman Republik masih bayi hingga sekarang ini dapat kita rasakan keberhasilannya minimal dalam bentuk berkurangnya penyebaran dan penyalahgunaan barang perusak otak generasi penerus bangsa itu???

Sampai kapan kita pura-pura buta bahwa faktanya, semakin banyak negara menggelontorkan dana untuk membasmi kejahatan-kejahatan kerah putih tadi, maka semakin luas dan makin banyak pula area penyebarannya!

Judi dan narkoba sudah masuk tempat-tempat ibadah!

Judi dan narkoba sudah masuk ke markas penegak hukum yang seharusnya menjadi malaikat pembasmi segala kejahatan!

Saya tak tahu bagaimana dengan anda, tapi bagi saya, sudah sejak lama sekali saya tak percaya pada kinerja aparat penegak hukum kita terutama polisi!

Dengan beberapa peristiwa besar belakangan ini saya justru percaya bahwa tempat teraman untuk melakukan segala tindak kejahatan adalah di markas-markas para penegak hukum itu sendiri!

Lombok, 20 Februari 2022

Sumber : Status Facebook Lalu Agus Firad Wirawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed