Oleh : Sobar Harahap
“Inilah perang paling besar dan menyakitkan. Dua keluarga bersaudara saling membunuh dan menghancurkan. Baratayudha.”
Sebelum genderang perang Baratayudha ditabuh, Begawan Dorna sudah tahu bahwa kekalahan Korawa sudah ditetapkan sebagai hukum alam. Dia pikir, garis alam itu sangat merugikan dirinya. Memanfaatkan posisinya sebagai penasehat Korawa, dia pun berusaha menggagalkan peperangan tersebut. Maka skenario jalan tikus dia ciptakan. Targetnya, jika tidak bisa mengalahkan Pandawa, Baratayudha harus dibatalkan.
Skenario pertamanya, Begawan Dorna bikin ontran-ontran telah menerima Wahyu Kadewatan atau perintah dari dewata. Perintahnya satu, gagalkan Baratayudha. Agar kabar menghebohkan itu sampai di telinga Pandawa, Dorna memanggil Wrekudara dan Janaka ke Astina, kerajaannya Korawa. Sebagai murid, tentu Wrekudara dan Janaka tidak bisa menolak panggilan itu.
Cerita panjang lebar tentang wahyu kadewatan dan segala macam kerugian peperangan disampaikan. Segala macam pertimbangan perdamaian dan kemanusiaan juga diungkapkan. Bahkan Dorna menjamin Wrekudara dan Janaka akan jadi ksatria pamungkas apabila mampu mewujudkan satu syarat yang bisa menggagalkan Baratayudha.
“Semar harus ditumbalkan,” kata Dorna.
Bertubi-tubi wacana angin surga dilempar Dorna berhasil memengaruhi Wrekudara dan Janaka. Mulai dari wacana spiritualitas, wacana perdamaian sampai wacana keseimbangan alam. Di mata Wrekudara dan Janaka, hilang sudah segala kontribusi dan kebaikan Semar. Padahal, Semar adalah sosok yang merawat dan membesarkan mereka berdua, termasuk seluruh Pandawa beserta anak-anaknya. Akhirnya mereka membulatkan tekad pergi ke Karangkadempel, tempat bermukimnya Semar. Tujuannya, menangkap lalu menumbalkan Semar atas nama perdamaian.
Wacana apa saja memang bisa diputar balikkan sebagai pembenar atas apa yang orang lakukan. Jika melihat riwayat pewayangan, posisi begawan itu paling terhormat karena sebagai guru besar sekaligus penasehat. Apalagi Dorna, yang menjadi guru besarnya Korawa dan sebagian Pandawa. Tapi dalamnya hati siapa yang ngerti? Seolah-olah Dorna ini memang sedang memperjuangkan perdamaian, tapi sebenarnya dia sedang menjalankan skenario besar untuk memenangkan peperangan melawan Pandawa. Nah, untuk bisa mengalahkan Pandawa, maka pelindung utamanya, yaitu Semar harus dimusnahkan.
Dorna sangat sadar dia tidak akan pernah mampu mengalahkan Semar, bahkan jika ditambah kekuatan Korawa sekalipun. Satu-satunya jalan dia harus memanfaatkan Pandawa. Persoalan Pandawa akan berhasil menumpas Semar atau tidak, menjadi urusan ke sekian. Yang penting dua entitas itu, yakni Pandawa dan Sang Pamomong harus dipisahkan. Kalaupun tidak bisa dipisahkan, minimal mereka telah saling melukai. Dan itu pasti akan melemahkan Pandawa saat peperangan Baratayudha.
Dalam riwayatnya, Dorna selalu muncul sebagai sosok yang seolah-olah bijaksana dengan kedalaman ilmunya. Kemana-mana dia terus mengenakan pakaian kebesaran begawan. Bahkan dalam salah satu pertunjukan, Bagong menilai kepribadian Begawan Dorna sebagai begawan telur busuk. Yang cuma bagus pada penampilan, tapi busuk di dalam.
Dorna akan selalu jadi fenomena. Bahkan sosoknya juga bisa kita temu dalam problematika Piala Dunia. Seolah-olah dia ingin memberi angin segar kebanggaan berbangsa dan bernegara, tapi layaknya Dorna, ada saja niatan lain yang mengotori hatinya. Dan niatan itulah yang akan merusak segala-galanya, seperti nasib Dorna yang mengalami kekalahan telak di Baratayudha.
Sumber : Status Facebook Sobar Harahap
Comment