by

Antara Tere Liye, Jonru dan Anny Arrow

Oleh: Denny Siregar

Di wall saya bersliweran kayak tikus-tikus di malam hari membahas tentang Tere Liye.

Saya akrab dgn nama ini, tapi jujur saja sy tidak pernah membaca karyanya. Katanya doski penulis terkenal yang novelnya selalu best seller. Page-nya di-like 1 juta orang. Dan beliau di-bully karena statusnya yang akhir-akhir ini sangat agamis tapi sempit. Semua dihantamnya dengan agama tanpa latar belakang pengetahuan yang memadai. Denger-denger Tere Liye itu nama samaran, aslinya sih Darwis.

Saya jadi ingat Jonru. Penulis ini juga sangat berbakat. Ia berhasil membawa fans fanatiknya ke ranah pembenaran atas nama agama dan politik. Page nya juga di like 1 juta orang. Banyak yang mengimaninya, meski tidak mau membeli spreinya.

Dan meski beda model, satu kesamaan mereka adalah mereka mempunyai pengikut fanatik, yang selalu mengikuti tulisan-tulisannya.

Tapi, meskipun begitu, penulis yang sangat saya kagumi sepanjang masa adalah Enny Arrow.

Jika Tere Liye dan Jonru membuka identitas dirinya, Enny Arrow adalah penulis misteri sampai saat ini. Tidak ada yg tahu apakah ia perempuan atau lelaki atau mungkin hewan yang pintar.

Namanya ada dimana-mana. Di belakang bangku2 sekolah, di WC-WC yang terkunci berlama-lama, di kamar-kamar yang hening, di bus-bus dalam kota di lempitan majalah. Ia ada dimana-mana. Bahkan mungkin Enny Arrow sudah bukan lagi Enny Arrow. Namanya di-kopi dimana-mana tapi penulisnya sudah bukan dia yang aslinya.

Berapa fans-nya Tere Liye dan Jonru ? Sejuta ? Dua juta ? Duh jelas gada apa2nya. Enny Arrow mempunyai pembaca fanatik hampir seluruh remaja era 80-90’an. Itu berarti belasan bahkan puluhan juta orang. Dan tambahkan dengan puluhan miliar sperma yang keluar ingin membaca karena saking fanatiknya. Enny Arrow bukan hanya punya pembaca, ia punya generasi. Dahsyat.

Selain punya generasi, Enny Arrow juga punya quote-quote yang me-legenda. Menggelinjang, rumput manila, desah nafas memburu, menggelosoh, tante binal dan segala macam “bahasa sastra” yang membuat celana sempit dan akhirnya basah. Enny Arrow bukan hanya membuat pembacanya membaca, tetapi juga menggeliat.

Dan tidak ada satupun yang meng-kritik tulisan Enny Arrow. Semua setuju karena mereka punya imaginasi yang berbeda pada setiap kata-katanya. Beda dengan sekarang, yang sudah tersedia dalam gambar bergerak dan tidak membutuhkan imaginasi yang luas.

Satu kata yang ingin saya sampaikan kepada mas atau mbak Enny Arrow sambil mengangkat secangkir kopi hitam dan panas. “Terima-kasih sudah membuat kami lebih cepat dewasa…”

(Sumber: dennysiregar.com/Facebook Denny Siregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed