by

Terima Kasih BPJS

Oleh : Olenka Priyadarsani

Kemarin aku tiba-tiba merasa harus ke dokter THT. Ada keluhan (tidak berat) yang belum ketemu solusinya. Biasanya kalau masalah seperti ini aku langsung telpon JIH, daftar spesialis. Lha wong aku gatel sitik we mangkat nang ndokteran.

Tapi aku lali ternyata saat ini lagi ga punya asuransi swasta wkwkwk. Kalau JIH ki paling murah 400 ribu habisnya, belum kalau mampir Parsley segala. Beraaaat.

Pilihanku cuma dua: pakai BPJS atau bayar dewe.

Selama ini daku blas belum pernah pakai BPJS, tapi punya dan mbayar terus. Kemarin Puput habis dari kantor BPJS untuk urus autodebet yang gagal. Ujug-ujug ono yang WA aku, “Mbok, iki Mas Puput kok mrene ngurus BPJS dewe? Mbok WA aku wae iso takbantu.” Bulno petugas BPJS-e customerku. Aku dadi merasa duwe mata-mata di mana-mana 🤣.

Anyways, balik lagi ke masalah kesehatan ini. Pas lagi sehat kita sering banget menyepelekan masalah ini. Padahal ya, yang namanya medical bill itu, bisa langsung menguras seluruh harta kekayaan kita dalam sekejap.

Saya ga lagi menyarankan untuk ambil asuransi kesehatan swasta pribadi, ya, karena saya sendiri ga punya walau mulai melirik Takaful. Paham betul bagi banyak orang sulit untuk membayar premi asuransi, dan sudah bergidik mendengar kata asuransi. Dan kalau sudah berbenturan dengan keyakinan, kita bisa ngomong apa?

At the very least, kalau memang tidak punya asuransi swasta, tidak punya uang tak berseri, paling tidak punya BPJS. Kalau keberatan bayar kelas 1-2, ya turun ke kelas 3 atau PBI. Ga pernah dipakai gapapa alhamdulillah, yang penting punya. Supaya masih punya akses kesehatan bila terpaksa.

Sering banget denger orang udah sakit parah/mau melahirkan dengan komplikasi baru mau bikin BPJS. Katanya duit bayar BPJS eman-eman mending duitnya buat mitoni. Me be like 😶.

Pada akhirnya saya tetep males juga pakai BPJS. Milih ke RSCC mbayar dewe 😅. Datang pagi daftar, mangkat nganterin es ke Gamping, balik RSCC lagi priksa. Habis 190 ribu udah dapat obat sakgebuk.

Akhir-akhir ini pula saya kaya nemu banyak kasus di mana kayanya kita butuh lebih baik lagi mengatur keuangan. Apalagi tahun 2023 prediksinya masih suram. Ayam naik, endog naik, brambang naik, reksadana terjun bebas, saham merah, cuma harga Toko Simbok aja yang senantiasa menggemaskan.

Orang-orang tuh masih kaya melalaikan pentingnya dana darurat. Padahal ya kuwi mau, urgently needed. Alasannya mana bisa nyisihin uang segitu. Padahal yo le jojan-jajan, grab-greb, sopa-sopi ra mandeg.

Meski misal kita punya BPJS pun tidak semua obat dan layanan tercover. Tetep butuh metu duit dewe. Belum lagi yang harus bolos kerja/jualan, tetap harus punya simpanan.

Ga usah mikir jauh-jauh sampai ke investasi kalau dana darurat belum terpenuhi.

Menko meneh aku kesel le ngetik 😅

Sumber : Status Facebook Olenka Priyadarsani

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed