by

Sense of Decency

Oleh : Herry Tjahjono

Sang Brigjen lagi disorot, dan Netizen dianggap nyinyir. Tapi buat saya, “kenyinyiran” mereka bukannya tanpa makna. Di tengah situasi yang kurang kondusif bagi Polri – terutama setelah meledaknya kasus FS – selayaknya para polisi, khususnya petingginya lebih mawas diri.

Salah satu yang paling dibutuhkan oleh (khususnya) para petinggi ini – selain sense of crisis – adalah “sense of decency” (asas atau rasa kepatutan). Seharusnya mereka bisa lebih mawas diri untuk menakar : apakah penampilan outfit yang “wah” itu layak untuk situasi saat ini…

(Ingat pula akan mobil-mobil mewah kelas konglomerat di garasi FS).

Kepercayaan kepada Polri sedang tergerus – dengan kata lain, publik skeptis. Kalaupun sang Brigjen memang pada dasarnya kaya, tetap saja diperlukan “sense of decency” – kepekaan untuk menilai perlu atau tidaknya tampil semewah itu…

Ketika saya menyentil penampilan PC (sebagai istri polisi) dengan outfit mewah saat rekonstruksi, banyak yang menyerang saya. Katanya saya membahas soal tak penting, menghakimi, mengajarkan kebencian, dia layak seperti itu karena anak jendral dan dokter gigi…dst.

Hei para polisi moral, yang saya bahas adalah soal “sense of decency”. Apa layak ? Itu semua muaranya adalah pada empati sosial sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kalau para petinggi negara (dan kerabatnya) tak punya empati sosial, jangan harap masyarakat akan “sehat” secara sosial.

Jadi, dalam konteks ini – di mata saya – Netizen telah mengambil posisi sebagai fungsi kontrol sosial yang efektif. Keep it up, Netizen +62 !

Sumber : Status Facebook Herry Tjahjono

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed