by

Menertibkan Hati Nurani Menggunakan Aplikasi

Oleh : Arya Hadi Darmawan

(Hati-nurani berusaha ditata oleh teknologi, bukan oleh rumah ibadah)

Masalahnya di SPBU, kita suka melihat banyak pemilik mobil mewah yang ngeyelan. Mereka antri di dispenser bensin bersubsidi. Juga solar bersubsidi. Jika diingatkan, petugas SPBU yang selalu kena marah. Akhirnya petugas SPBU yang biasanya adalah pegawai kecil itu, lebih baik diam dan melayani untuk menuangkan bensin bersubsidi (pertalite atau solar bersubsidi) ke tanki mobil mewah. Pun, sopirnya dan pemiliknya diam di dalam mobil tak menampakkan muka.

Silakan lihat pagi ini di SPBU di dekat rumah masing-masing. Pasti ada saja pemilik mobil mewah (definisi mobil mewah itu ya pasti bukan LCGC, bukan ber-mesin 1300 cc, bukan taxi, dan bukan mobil keluaran tahun 1990-2000an) yang tak tahu diri, yang pada ngantri di dispenser pertalite tanpa tahu malu.

Itu lho mbak/mas masalahnya. Hati nurani mereka tega mengambil haknya orang miskin (mikrolet, angkot, mobil pick-up sayuran, motor bukan mewah, dsb). Menertibkan “hati nurani” itu memang sulit di negeri ini. Sudah tahu bahwa pertalite (bahkan dulu itu bensin premium) untuk rakyat kecil (mikrolet, angkot, sepeda motor tidak mewah), tetapi lihatlah di SPBU apa yang terjadi mbak/mas. Sebaliknya. Malah motor yang mengantri di Pertamax. Ini kebalik-balik.

Nah hati nurani yang telah kebalik-balik inilah yang bikin pusing negara. Lalu pak/bu Menteri yang pusing itu, hendak mengarahkan uang subsidi negara kepada yang benar-benar berhak. Lalu ia menyodorkan solusi berupa aplikasi via gadget HP masing-masing. Nah disini masalahnya: hati-nurani mau ditata melalui HP. Berhasilkah aplikasi ini melawan sebagian orang Indonesia yang dikenal banyak cara untuk meng-akal-i sesuatu?

Apapun, kok ya aplikasi di HP ini, seolah ingin berkata bahwa: Hallo..hallo… fungsinya mesjid, gereja serta tempat ibadah lain sebagai penata hati-nurani umat itu mana ya? Hallo…hallo…rumah ibadah, kalian gagal lho mendidik sebagian (sebagian saja ya) umat agar tahu-diri. Sebagian (sebagian saja lho) masyarakat seolah telah ber-akhlak mulia, berbaju rapi, wajah penuh ikhlas dengan rasa setia-kawan yang tinggi, (tetapi itu hanya) saat di dalam rumah ibadah saja. Ketika, sesa’at mereka keluar dari rumah ibadah, maka mereka seolah ingin mengatakan “emang gue pikirin”.

Salam pagi

Sumber : Status Facebook Arya Hadi Dharmawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed