by

Mencermati Sepak Terjang Putin

Oleh : Zainuddin Zein

Kalau mengikuti berita-berita perkembangan isu-isu geopolitik internasional sejak dulu, apa yang dilakukan oleh Rusia ini bukanlah hal yang mengejutkan. Hanya menunggu momentum saja. Utamanya kekuatan politik, militer dan ekonomi dalam negeri Rusia. Bagaimanapun Rusia sebagai kekuatan utama Uni Soviet adalah negara kalah “perang” dalam memperebutkan dominasi global antara blok timur dan blok barat. Sebagai kekuatan yang kalah, nyaris tidak ada perlawanan ketika sekutu-sekutunya dipreteli NATO.

Saat kondisi terpuruk ini, sebagai penerus Boris Yeltsin, Putin melakukan konsolidasi politik dalam negeri. Menyatukan kekuatan politik dalam genggamannya. Tampaknya ia sadar, tanpa kekuatan politik yang stabil, pemulihan kekuatan Rusia sulit secara cepat dilakukan. Lawan-lawan politik yang potensial yang berpotensi menciptakan instabilitas dan menggoyang kepemimpinannya dibabat baik dengan cara halus atau kasar. Puncaknya dominasi politik putin adalah saat berani mengusulkan perubahan konstitusi. Ini mirip yang dilakukan Erdogan di Turki.

Selain konsolidasi politik, Putin melakukan konsolidasi ekonomi. Diluar kebijakan ekonomi makro, para pengusaha yang tajir karena berkah runtuhnya Uni Soviet ditertibkan. Yang tidak mau tunduk pada alur main Putin disikat dan dipenjarakan. Mau tak mau, Putin memiliki kendali pada para pengusaha, bukan bergantung pada para pengusaha. Bandingkan dengan Amerika Serikat, bagaimana dominannya para pengusaha dalam mempengaruhi kebijakan internasional.

Politik dan Ekonomi selesai, kekuatan militer dibangkitkan. Pembaharuan alutsista Rusia digalakkan. Ketertinggalan dengan tehnologi Amerika Serikat mulai dikejar. Puncaknya dengan uji coba rudal hipersonik yang membuat negara NATO mulai menghitung ulang kekuatan Rusia. Puncak kepercayaan diri Putin secara militer adalah saat mau terlibat dalam konflik Suriah. Padahal sebelumnya Rusia absen dalam perang kawasan ini sejak tahun 90 an, kecuali di daerah yang dekat dengan perbatasan Rusia atau bekas Uni Soviet.

Keterlibatan Rusia di Suriah menjadi penanda kembalinya pengaruh Rusia dalam percaturan geopolitik Internasional. Rusia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Dibuktikan dengan meredanya Perang Suriah. Para pemain lapangannya menghitung ulang target regim change di Suriah. Maka apa yang dilakukan oleh Putin di Ukraina, mirip yang dilakukan Erdogan dalam intervensi militer dan pencaplokan sebagian wilayah Suriah. Mirip juga yang dilakukan oleh China dengan Klaim atas LCS dan Taiwan, konflik perbatasan dengan Jepang dan India.

Dasar yang mereka lakukan adalah kepentingan Nasional mereka. Serta mereka merasa mampu melakukannya.Dan negara lemah akan menerima takdirnya dicaplok oleh negara kuat. Bagaimana dengan Indonesia, kalau tidak mempersiapkan diri, tunggu saja takdirnya seperti dahulu kala saat dianeksasi Belanda atau sedikit lebih baik menjadi medan pertarungan pengaruh yang menjadi sebab terjadinya tragedi 65.

Sumber : Status Facebook Zainuddin Zein

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed