by

Bagaimana Membenahi Tergerusnya Kepercayaan Sosial?

Oleh: Andre Vincent Wenas

Berbagai penelitian sudah membuktikan ada korelasi positif antara public-trust (kepercayaan publik) dengan pertumbuhan ekonomi.Kepercayan masyarakat (social trust), menurut Prof.Francis Fukuyama, “…is a fundamental element of social capital – a key contributor to sustaining well-being outcomes, including economic development.” Kepercayaan adalah elemen dasar dari suatu modal sosial, sebagai kontributor kunci dari kemaslahatan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Untuk rincian dari penelitian soal korelasi positif antara social-trust dengan pembangunan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan bisa ditelusuri lebih jauh di berbagai kajian oleh Prof.Francis Fukuyama (https://www.imf.org/…/ft/seminar/1999/reforms/fukuyama.htm) atau yang pernah disajikan oleh Esteban Ortiz-Ospina dan Max Roser (https://ourworldindata.org/trust).

Di sini kita akan langsung saja ke usulan dari Kristin M. Lord, President dan CEO dari IREX (International Research & Exchanges Board), sebuah lembaga global dan nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan dan pengembangan. Bagaimana membenahi tergerusnya kepercayaan sosial? Kajiannya dimuat di laman Stanford Social Innovation Review (https://ssir.org/…/six_ways_to_repair_declining_social…#) pada 31 Januari 2019 lalu. Disini disampaikan saduran bebasnya secara ringkas saja.

Biang kerok terbesar yang merusak kepercayaan publik (social-trust) tak beda dengan perkiraan kita, “…public- and private-sector corruption, poisonous public rhetoric, governments’ inability to provide essential security and human services, breakdowns in the rule of law, rising economic inequality, perceptions that neither individual voices nor votes matter, and the sense that elites and the powerful have rigged the system—all systems—to benefit themselves.” KKN, ketidak adilan sosial dan politik dinasti.

Termasuk iklim media dan media sosial yang bergejolak tanpa kompas moral, telah ikut menyebarluaskan kebohongan, ketakutan dan akhirnya memecah belah publik.Manakala kepercayaan publik itu tipis, mereka juga cenderung enggan patuh pada aturan-aturan. “When citizens lack trust, they are less likely to comply with laws and regulations … contribute to economic vitality, resist the appeals of demagogues, or support their neighbors. … They are less likely to create and invent.” Repot jadinya.

Dalam kajiannya Kristin M. Lord menyampaikan 6 (enam) jalan atau cara untuk membenahi terpuruknya social-trust.Pertama. Make sure institutions are effective and deliver real benefits for people. Pendekatan kelembagaan, yang harus dipastikan berjalan efektif dan terasa manfaat langsungnya oleh masyarakat.

Contohnya lembaga penegakan hukum, lembaga kesehatan masyarakat, sekolah negeri, pekerjaan umum, dan setiap pemda menjalankan tupoksinya yang langsung dirasakan nilai kemanfaatannya oleh rakyat. Ini bagian dari meraih kepercayaan lewat kinerja. Disiplin untuk menuntaskan tugas pokok dan fungsi dari setiap lembaga pemerintah. The discipline of getting it done!Kedua. Develop future leaders who work for the greater good, not for themselves. Upaya yang jelas terprogram dan terlihat dalam mengembangkan kader kepemimpinan untuk masa depan.Ini memberikan harapan pada publik. Setiap negara dimana pun mesti mengembangkan manajemen talenta dalam kepemimpinan.

Memberi kesempatan berkembang pada generasi mudanya. Tanpa nepotisme atau politik dinasti. Semata-mata kompetensi dan kinerja.Dalam era globalisasi seperti ini, jangan sampai talenta yang bagus malah tersedot keluar (brain drain).

Ketiga. Strengthen accountability and transparency. Perkuat akuntabilitas dan transparansi. Ini kunci keberhasilan meraih kepercayaan. Dimana sekaligus manajemen risiko (risk-management)-nya terkelola dengan baik, karena diawasi langsung oleh publik

.Soal lama tentang KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih gawat dan sangat berat menggayuti kinerja pemerintahan (pusat maupun daerah). Akuntabilitas dan transparansi adalah jalan keluarnya. Keempat. Engage citizens in solving community and societal challenges. Pendekatan partisipatif dengan melibatkan masyarakat untuk ikut memecahkan problematika bersama. Kristin M. Lord mengungkapkan, “Trust builds when people feel they are part of a community- or society-wide enterprise that takes their concerns and voices into account—particularly in circumstances where trust is low.” Partisipatif, atau solidaritas bergotong-royong.

Memang, kepercayaan publik akan bangkit manakala masyarakat merasa mereka adalah bagian dari komunitas yang sedang bersama-sama mengerjakan solusi terhadap setiap keprihatinan mereka sendiri. Pendekatan dengan mengajak partisipasi ini penting terutama dalam kondisi dimana kepercayaan itu sangat rendah. Ajakan untuk mari bekerja bersama saja ini tentu mengandaikan keterbukaan dan transparansi. Misalnya mengajak masyarakat untuk sama-sama mengawasi pengelolaan anggaran daerahnya masing-masing.

Kelima. Strengthen social inclusion. Pendekatan mendayagunakan segala potensi masyarakat yang plural.Katanya, “When people feel they’re blocked from opportunities because of their gender, race, age, ethnic or religious group, disability, or other reasons, it’s hard to expect them to trust the institutions they feel are marginalizing them.”Diskriminasi telah mereduksi banya kesempatan partisipasi positif. Yang terjadi malah detrimental terhadap sinergitas. Sektarianisme di banyak negara telah jelas-jelas melumpuhkan pemerintahan dan menggagalkan upaya mencapai kemakmuran ekonomi.

Keenam. Establish real commitment. Dari kelima langkah di atas, maka langkah keenam inilah yang membuat semuanya bisa terangkum dan jadi kenyataan. Komitmen, bukan komat-kamit.

Mesti dikerjakan, bukan sekedar omdo. Dalam kajiannya di berbagai negara, Kristin M. Lord mendapati bahwa kepemimpinan yang bisa membereskan soal rapuhnya kepercayaan publik suatu negara dapat berasal dari manapun. Kepemimpinan itu bisa berasal dari institusi pemerintahan, dari masyarakat sipil, dari korporasi perusahaan atau bahkan dari kalangan media massa. Dari kalangan internasional, nasional atau lokal. Intinya tidak ada soal dalam latar belakang dari mana ia berasal.

Bahkan gerakan akar rumput pun bisa memicu perubahan juga. Katanya, “Citizens can organize and drive grassroots change. Each of us can take steps to rebuild trust within our communities.”Kita sebagai masyarakat sipil juga mesti menuntut pemerintahan yang kita dukung lewat pemilu dan lewat pajak. Agar semua perilakukan bisa transparan dan akuntabel, sehingg pada ujungnya berkontribusi membangkitkan social-trust.Social-trust adalah juga suatu sistem imunitas masyarakat. Komunitas bangsa yang tidak menjalankan hal-hal diatas tadi akan rentan terhadap krisis.

Misalnya dalam menghadapi krisis kesehatan nasional, yang merambat ke krisis ekonomi, jadi krisis sosial dan politik, sampai jadi kristal (krisis total). Bisa ambyar. Kita berharap itu tidak terjadi.Tapi kalau cuma berharap saja tidak cukup. Harapan itu bukan suatu strategi. Itu tujuan yang mesti dicapai lewat strategi dan aksi.

Sumber : Status Facebook Andre Vincent Wenas*,

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed