Oleh : Pitoyo Hartono
Tidak perlu maksud jahat utk menyebar ketidakbenaran, informasi yg salah, atau hoax, cukup kebodohan dan ke-sok-tahuan
Kemarin saya menulis utk sedikit “menyenggol” orang2 yg men-share sesuatu tanpa tahu maknanya pada siapa saja.
Hoax yg beredar di masyarakat yang sering melukai orang lain dalam berbagai macam skala mungkin dibuat oleh orang yang bermaksud jahat. Tapi kebanyakan orang jahat tidak mempunyai kekuatan utk menyebarkannya. Yang menyebarkannya adalah orang2 yang tidak mempunyai intensi jahat, cuma bodoh dan sok tau.
Model matematis penyebaran hoax, sangat mirip dengan satu fenomena fisika yg terkenal: Brownian Motion. Contohnya adalah debu yang melayang kemana-mana secara random di udara, atau suatu partikel di dalam air. Ini saya pelajari dan saya berkesempatan utk mengajar ttg ini.
Salah satu kelas tersulit yg pernah saya ajar adalah Stochastic Process, bukan di univ. saya sekarang tapi di almamater saya, Waseda Univ. di Tokyo. Saya mengajar kelas ini utk menggantikan mentor saya yg kebetulan berhalangan. “Stochastic” bisa diartikan “probabilistic” (cepatnya “mengikuti aturan probabilitas”). Karena ini di jurusan teknik fisika, tujuan kelas ini agar mahasiswa/i mengerti ttg model matematis proses difusi dan random walk, seperti Brownian motion di atas. Di akhir semester diharapkan mereka dapat membaca paper klasik yg keluar pada tahun 1945: “On the theory of the Brownian Motion II”.
Suatu partikel (misalnya debu) “berjalan” di udara secara random (meskipun tanpa angin), bukan karena debu itu punya penggerak, atau partikel udara di sekelilingnya punya intensi. Tapi karena ada aksi dari banyak partikel udara sesuai dengan hukum Newton. Karena banyaknya partikel udara, tidak mungkin menentukan posisi debu secara deterministik seperti mekanika tingkat SMA, tapi kita bisa membuat persamaan deferensial utk menentukan probabilitas partikel itu ada di suatu posisi pada suatu waktu tertentu.
Ini sama persis seperti difusi hoaks. Sekali hoax itu dibuat kita tidak tahu akan “kemana” hoax itu. Anggap debu itu hoax, dan udara adalah kumpulan orang bodoh atau sok tahu yang mendorong hoax itu ke sana-sini dng men-share hoax tsb. Mereka sama sekali tidak bermaksud jahat. Tapi hasil akhirnya: hoax itu terdifusi kemana-mana. Tidak perlu intensi jahat utk timbulnya korban. Intensi itu tidak berarti apa2 utk korbannya, yg penting itu akibatnya.
Saya tidak bermaksud menasehati siapa2. Tapi orang2 bodoh dan sok-tahu semacam itu, perlu mengetahui kalau mereka berpotensi menjadi motor penggerak hoax dengan menyebarkan sesuatu yg mereka sendiri tidak mengerti. Jadi mereka tidak bisa lepas tangan hanya dengan mengatakan: “gue nggak tau, bukan gue yg buat”.
Karena itu kalau anda akan men-share sesuatu, think again !”. Apakah anda benar2 mengerti ttg isi sesuatu itu ? Bisakah anda menjamin kebenaran isinya ? Hanya karena sesuatu itu menarik bagi anda, nggak berarti kalau sesuatu itu benar.
Toh ke-soktahuan anda nggak membuat anda tampak pinter di mata orang lain, cuma membuat anda kelihatan tolol dan nganggur di mata orang yang memang mengerti.
Sumber : Status Facebook Pitoyo Hartono
Comment