by

Realitas itu Bukan Sok Tahu

Oleh : Nyoto Raharjo

Confusius, seorang filsuf besar jaman Tiongkok kuno berkata :

••• “Belajar tanpa dicerna tidak ada gunanya. Hanya belajar tanpa mempraktikkan tidak ada gunanya.”

••• “Menekuni ilmu yang menyesatkan hanya akan mencelakakan diri sendiri !”

••• “Oh You ! Aku ajari engkau cara menuntut ilmu secara benar, yaitu apa yang kita ketahui, katakan tahu, apa yang kita tidak ketahui, katakan tidak tahu. Itu baru namanya menguasai ilmu yang sesungguhnya”.

Ilmu Sejati adalah Realitas : melihat, mendengar, membaui, meraba, merasakan segala sesuatu secara nyata. Sama sekali berbalikan dengan “iman” (huruf kecil), yang mengajarkan agar orang percaya, walaupun tidak pernah melihat, tidak mendengar, tidak membaui, tidak meraba, dan tidak merasakan. Orang mempelajari sesuatu tapi tidak mengerti mendalam tentang apa yang dipelajarinya, bahasanya, maknanya, tapi mampu menghapal untuk mengucapkan hapalan itu dengan sempurna ; apakah orang yang demikian layak disebut memahami ajaran dengan benar ?

Jika belajar tanpa dicerna, karena tidak mengerti apa yang dipelajarinya, walaupun hapal sampai titik komanya, tapi tidak pernah mempraktikkan apa yang dipelajarinya karena tidak mengerti bagaimana cara mempraktikkannya, cuma percaya saja, bahwa dengan percaya maka segalanya pasti terjadi ; apakah orang yang demikian akan mendapatkan hasilnya ? Orang yang membaca buku, tapi tidak memahami arti/inti daripada apa yang tertulis disitu, tidak dapat membedakan pula, apakah apa yang dipelajarinya itu menyesatkan atau tidak.

Apalagi jika pengetahuan yang didapatnya berasal dari penuturan orang lain, yang belum tentu benar. Apakah orang tersebut tidak tersesat ? Banyak orang yang sok tau, merasa paling pintar, paling berilmu .. Sehingga hal-hal yang tidak dia ketahui dan tak pernah dia lihat pun, berani dia bicarakan dengan lantang dimuka umum, bahkan dia berani menempatkan dirinya sebagai sosok guru dan pengajar bagi sesamanya.

Akibatnya ya merusak manusia lain yang mempercayai begitu saja apa yang diajarkan oleh orang yang sok tau dan sok berilmu itu. Dan itu marak terjadi didalam dunia agama !!!

Para Penceramah Agama adalah orang-orang yang paling SOK TAU, mereka menganggap diri mereka tau segala hal ; apapun yang ditanyakan dan diragukan kebenarannya oleh umat kepada mereka, pasti akan mereka jawab dengan cara berputar-putar, mereka tidak mau dianggap oleh umatnya sebagai “kurang berilmu”, mereka malu jika tidak mampu menjawab pertanyaan dan keraguan umatnya dengan jawaban yang terkesan ragu-ragu. Untuk menjaga citra dirinya, maka terlahirlah kebohongan demi kebohongan didalam dunia agama, demi menutupi kedangkalan pengetahuan (lebih tepatnya ilmu halusinasi) para penceramahnya.

Bicara Realitas jauh lebih sulit daripada bicara Halusinasi. Karena bicara tentang realitas harus didukung oleh bukti-bukti, alasan-alasan, rumusan-rumusan yang mendukung kebenaran ulasan itu. Sebaliknya, bicara Halusinasi sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun, karena namanya saja halusinasi, sesuatu yang tak nyata, yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata melalui cara apapun. Contohnya : Tuhan, malaikat, bidadari, surga, neraka, setan. Jadi siapapun, dapat menceritakan tentang Tuhan, malaikat, bidadari, surga, neraka, setan, dan tidak ada seorang pun pula yang sanggup menyangkal cerita itu dengan pembuktian pembenaran yang dia kemukakan.

Karena memang cerita tentang hal-hal tersebut dapat berubah ubah dan bertransformasi menjadi tak terhitung lagi jumlahnya ; masing-masing sudah punya jawaban tersendiri bagi kemungkinan-kemungkinan pertanyaan dan keraguan dari cerita yang dibawakannya. Jika ilmu yang diterima oleh umat adalah ilmu yang menyesatkan, maka “ilmu” itu pasti akan mencelakakan diri mereka semuanya.

Dan hal itu sudah terjadi dan akan terus terjadi selama umat beragama tidak mampu menumbuhkan Kesadaran mereka, bahwa mereka telah hidup dibawah kendali halusinasi, lalu segera Tersadarkan dan mulai hidup dalam Realitas/Nyata.Albert Einstein, si manusia genius saja, ketika ditanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya, berkata : “Hanya sebatas itu yang aku ketahui, selebihnya aku tidak tahu”.

Tapi para penceramah agama, merasa dirinya lebih hebat dan lebih berpengetahuan dari Albert Einstein, mereka merasa sudah tahu segala hal, termasuk hal-hal yang tidak ada seorang manusia pun yang pernah mengetahuinya secara nyata .. Sertifikasi penceramah harus segera dilaksanakan agar jangan sampai kerusakan semakin parah ..

Sumber : Status Facebook Nyoto Raharjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed