by

Memaksa Keyakinan

Oleh : Budi Santosa Purwokartiko

Seorang mahasiswa berdiri dan teriak : “bohong, nggak masuk akal!!” ketika si khotib Jumat menyampaikan cerita Ibrahim soal korban. Itu kejadian di Bandung akhir tahun 70-an . Si mahasiswa tidak percaya cerita soal Ibrahim yang diperintah Tuhan menyembelih anaknya.

Sejumlah teman memegangnya dan mengajak keluar dari masjid dan membawa pulang ke kos. Tidak boleh lagi dia ke mesjid.

Bapak ibunya ditelpon temannya. Lalu ibunya datang ke Bandung. Si mahasiswa gajah duduk ini dibawa ke psikiater dan otaknya di ECG. Si mahasiswa nggak paham dengan maksud ibunya. Si mahasiswa terus mencari jawab soal kehidupan.

Setelah itu kalau pulang ke Malang si anak sering bercerita ke bapaknya yang seorang tokoh pendidik dan tokoh muslim. Bapaknya bisa memahami jalan pikiran anaknya. Bapaknya berpesan “JANGAN DAGANG SAPI DENGAN GUSTI ALLAH”. Si anak saat itu bingung apa makna pesan itu.

Sekian tahun sebelumnya di kampungnya di Malang ketika masih SD anak itu pernah bertanya soal cerita Ibrahim ke guru ngajinya di mesjid. Guru ngajinya adalah mahasiswa IKIP jurusan sastra Arab. Bukannya mendapat jawaban yang memuaskan, dia malah kena marah.

Keingintahuannya tersimpan terus hingga mahasiswa. Lalu kejadian tadi berlangsung di sebuah mesjid di Kebun Bibit Bandung.

****

Belakangan malah bapaknya yang dulunya tokoh mahasiswa muslim diam2 mulai dekat dengan masyarakat nonmuslim. Dia menikmati pergaulan lintas keyakinan. Anak-anaknya mulai mempertanyakan sikap bapaknya. Bapaknya kesulitan menyampaikan sikap spiritualnya ke keluarga. Apalagi kedudukannya yang terpandang. Di usia senja bapaknya meninggalkan ritual2 keagamaan yg sudah beberapa lama mulai perlahan ditinggalkan. Dia menemukan pemahaman sendiri soal kehidupan spiritual.

Anaknya kini seperti menapaki jalan yang mirip dengan yg dilalui bapaknya. Tentu cerita ini disampaikan secara pribadi kepada saya sebagai kenyataan bahwa keyakinan itu sangat personal. Meski intens dan lama kita diberi ajaran soal keimanan, suatu saat pikiran dan hati kita tetap akan mempertanyakan apakah cerita itu benar, apakah keyakinan itu membuat kita tenang dan bahagia. Semua sangat personal.

Sangat mengherankan jika melihat orang bisa dengan yakin memaksakan keyakinannya yang dia sendiri belum tentu paham.

Sumber : Status Facebook Budi Santoso Purwokartiko

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed