by

Kerak Kebencian Dalam Doa Kepada Pemimpinnya

Oleh : Abdulloh Faizin

Seharusnya bulan suci sebagai cermin atau setidaknya menjadi pengendali dari nafsu jahat provokasinya bukan malah memperkosa Agama sebagai tunggangan kepentingan politik kebencianya. Membajak doa sebagai amunisi racun perkataan kotor dan harapan jahat kepada pemimpinya. Manusia ini hanya masuk dalam habitat lalat yang yang tidak mampu memandang dengan jernih semua dikira kotoran, semua dianggap sampah semua dianggap selokan untuk tujuan hidupnya.

Ia lebih memilih bau busuk dari pada aroma harum dan wewangian yang ditebarkan sesama.Kerak kebencian telah benar-benar sampai ubun ubun, menutupi mata dan hatinya dari kebaikan kebaikan yang dilakukan oleh para pemimpin. Semua perilaku dan tindakan pemimpin bangsa ini seperti kotoran baginya tidak ada kebaikan sedikitpun apalagi pujan atas penghargaan jerih payahnya, tidak ada itikad baik untuk membangun saran kritik yang baik yang ada hanya menghujat dan menyumpahinya.

Dan yang lebih mengerikan dikhawatirkan akan menjadi karma kembali kepada penghujatnya. Tidak ada ajaran menyumpahi apalagi menghujat pemimpin apalagi pemimpin bangsa pemimpin negara, bahkan sepenggal kisah ayat Al-Quran Allah saja memberi mandat dakwah kepada Nabi Musa untuk berkata baik, berbahasa layyin artinya lemah lembut menghadapi Firaun yang konon kabarnya penyembah dirinya menganggap dirinya menjadi Tuhan. Apalagi pemimpin yang Islam dan beragama. Contoh ayat ini bukan hanya teks tapi harus diimplementasikan dan konteksnya Beragama berbangsa dan bernegara.

Mengkritisi pemimpin itu sah namun dengan melalui kanal kanal yang baik dan dilegetimasi oleh syariat, bukan dengan doa yang dengan dan kata kata kotor yang merendahkan doa itu sendiri. Syariat mengajarkan doa doa kepada pemimpin siapapun pemimpinya agar bagus kepemimpinan, bahkan dianjurkan kepada para khatib jumlah disetiap akhir khutbahnya, ini menunjukkan bahwa pentingnya doa untuk para pemimpin kita.

Bulan puasa ini adalah ladang dan kesempatan kita membersihkan diri dari hal yang kotor mensucikan diri dari segala bentuk sifat buruk baik berupa tindakan dan ucapan maupun sikap yang membangun insinuitas kebencianya kepada sesama terutama kepada pemimpin kita. Orang orang yang menulis dan mengeluarkan kata-kata kotor kepada sesama terutama kepada pemimpinya berarti belum mampu merefleksikan bulan suci sebagai bulan tobat dan mulia untuk mendekatkan diri kepada Rabbnya.

Sampai kapan Manusia menjejali otaknya dengan kebencian dan caci maki dalam hidupnya ? Perlu dipahami Manusia sampah adalah manusia yang yang menggap sampah kepada sesamnya. Dan manusia baik adalah manusia yang mampu berbuat baik kepada sesamnya. Semoga Allah mengampuni kita dan menyelematkan diri kita dari perbuatan keji kepada sesama. Dan semoga Allah menerima puasa kita menjadikan kita selamat dunia akhirat.

Sumber : Status Facebook Abdulloh Faizin

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed