by

Film Sayap-Sayap Patah Tembus 1 Juta Penonton

Oleh : B Uster Kadrisson

Belakangan ini tulisan bang Denny Siregar di berbagai platform sosial media miliknya lebih banyak berkutat tentang masalah film Sayap-Sayap Patah. Sangat jelas terlihat kalau dia begitu bangga karena film perdana yang telah dia buat ternyata mendapatkan sambutan yang cukup meriah. Terakhir dalam lansiran berbagai media diketahui kalau jumlah penonton film tersebut telah melebihi dari satu juta. Siapa yang tidak bangga kalau anak pertama sudah bisa langsung berlari dan berbicara.

Tetapi ada sekelompok manusia yang sangat tidak suka melihat kesuksesan orang lain yang langsung kelonjotan bagaikan cacing kepanasan. Sejak dari awal mereka sudah antipati akan keberhasilan film ini dan sangat antusias untuk menjelek-jelekkan. Antara lain dengan menuduh plagiarisme terhadap sebuah film India yang berjudul sama yaitu Broken Wings, padahal film tersebut malah beredar seminggu belakangan. Dan kejadian yang menjadi latar belakang cerita film tersebut sangat berbeda karena berdasarkan kisah nyata pergolakan separatisme yang terjadi di Darjeeling Hills pada tahun 1980an.

Di sini saya tidak akan membahas tentang film SSP karena saya tidak mempunyai akses untuk menontonnya di Amerika. Tetapi berdasarkan kabar dan cerita-cerita, rata-rata penonton, tidak perduli emak-emak santuy atau tentara yang gagah menyaksikannya dengan beruraikan air mata. Kisah dengan latar belakang tentang kejadian di penjara Mako Brimob pada tahun 2018 yang merenggut beberapa nyawa perwira. Yang berusaha mengendalikan keadaan dengan melawan para narapidana yang dipimpin oleh seorang tertuduh teroris yang mengenakan jubah agama.

Rasanya lebih seru memantengi sosial media bang Denny karena banyak sekali pengintilnya di sana yang suka mengumbar sumpah serapah. Sudah bisa ditebak kalau mereka merupakan rombongan kadrunista yang sering berargumen tanpa menggunakan otak di kepala. Ketika diberitakan kalau jumlah penonton sudah lebih dari satu juta, mereka malah membantah dengan menampilkan klipingan berita online yang menampilkan urutan jumlah penonton satu minggu sebelumnya. Yang lebih konyol lagi mereka mengatakan kalau itu tidak seberapa dibandingkan dengan follower beliau yang banyak, lah.. umat Monaslimin yang diklaim sebanyak 7 juta saja tidak mampu mendongkrak film-film yang bertema 212.

Di Indonesia, kesuksesan sebuah film dihitung dari berdasarkan jumlah penonton karena tidak ada nilai nominal yang bisa menjadi patokan. Sehingga angka 1 juta sudah termasuk berhasil, dengan perkiraan jika 10 ribu rupiah dari hasil penjualan tiket terhitung sebagai sebuah keuntungan. Tetapi kadang-kadang ada promosi BOGO, buy one get one, sehingga jika dari segi kaca mata seorang akuntan angka tersebut menjadi tidak significant. Apalagi para pembenci mengatakan kalau angka tersebut terlalu digadang-gadangkan karena sering ada acara nobar atau bagi-bagi tiket, lah mereka kira membeli karcis bukan dengan uang, dan malang bener nasib kadrun yang selalu mengharapkan serba gratisan.

Berbeda dengan Amerika dan umumnya di belahan dunia lain yang bisa memperlihatkan jumlah total uang hasil pemasukan. Sehingga bisa dilihat dengan data yang jelas jumlah total pendapatan dari film yang mengagumkan atau yang terpuruk dan terjengkang. Film Avatar atau serial Marvel biasanya selalu menempati peringkat pertama walaupun kadang-kadang jalan ceritanya sudah tidak karu-karuan. Kepintaran berpromosi dalam merangkai preview yang mengundang keinginan untuk menonton sangat berpengaruh dalam menarik cuan.

Film Zyzzyx Road pada tahun 2006 yang berbudget 1 juta dollar hanya mendapatkan hasil $30 saja selama satu seminggu penayangan, itu juga ditonton oleh para crew dan malah uang hasil penjualan dua tiket terpaksa dikembalikan. Padahal dibintangi oleh model Katherine Heigl, walaupun nanti hasil penjualan DVD di seluruh dunia mencapai sepertiga juta dollar, dan salah satu penyebab kegagalan adalah promosi yang salah dan produser yang terlalu kepedean. Bahkan produser sekelas Oprah Winfrey saja juga bukan jaminan kalau sebuah film akan sukses di pasaran seperti The Water Man. Film produksi tahun 2020 ini terpuruk padahal sudah dibintangi oleh berbagai bintang seperti Maria Bello, Rosario Dawson dan Alfred Molina yang pernah berperan sebagai Doktor Octopus yang menjadi musuh dari Spiderman.

Sehingga saya bisa mengerti kalau selama beberapa bulan terakhir bang Denny Siregar sebagai produser utama, mati-matian mempromosikan film tersebut di laman sosial medianya. Karena film-film bagus kategori Oscar saja bisa terperosok tidak berdaya jika tidak mendapat sokongan yang membuat orang mau berbicara. Yang menarik adalah kesaksian berantai dari mulut ke mulut yang bisa membuat sebuah film akhirnya menjadi sebuah phenomena. Dan tanpa disadari, celotehan kadrunista yang sering mengotori laman sosial media merupakan promosi gratis tersendiri tanpa harus mengeluarkan biaya.

Tabik.

Sumber : Status Facebook B. Uster Kadrisson

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed