Oleh : Islah Bahrawi
Ketika kita terjebak dalam fatwa-fatwa agama yang segregasionistik, maka akhirnya kita diajari tentang kebencian. Ketika kita mengenal kebencian, maka kita akan menghakimi. Ketika kita menghakimi, kita akan dengan mudahnya mencaci-maki orang lain.
Orang-orang yang hari ini gemar menghakimi kafir, fasik dan murtad, serta mudah mencaci-maki orang lain adalah produk dari “guru kencing berdiri”, yang membuat muridnya “kencing berlari”.
Hidup itu santai saja. Semua orang ada masanya. Hari ini kita dicintai, ada masa akan dilupakan. Hari ini kita mencintai seseorang habis-habisan, suatu saat akan tergantikan oleh idolatri berikutnya. Setiap manusia ada masanya, cinta dan benci adalah hal biasa. Kita cinta karena belum kecewa, kita benci karena pemikirannya belum sama.
Hari ini saya dihujat dan dihakimi. Menurut Tabrizi suatu waktu; “jangan layani! Karena pencaci maki, sejatinya adalah orang lemah yang harus dikasihani karena tidak sanggup mengalahkan dirinya sendiri.”
Lalu saya memilih diam tidak melayani. Tapi saya terus bergerak, untuk menyadarkan umat bahwa agama bukanlah ladang kebencian, kekerasan, hujat menghujat dan tempat untuk menghina keyakinan orang lain.
Saya bangga kepada para penghujat saya, karena mereka kenal saya, sementara saya tidak. Saya juga merasa miris kepada mereka yang mencaci maki saya, karena bagi saya; seribu kawan kurang, satu musuh kebanyakan.
Enjoy your life. Hidup santai dan jalani apa adanya.
Sumber : Status Facebook Islah Bahrawi
Comment