by

Revolusi Industri 4.0

Puncak peradaban manusia, akan diisi oleh komunitas manusia yang tidak selalu berlari, melainkan menyediakan waktu untuk berhenti di saat-saat tertentu. Berhenti itu bukan untuk menolak kemajuan, justru untuk menemukan landasan yang kuat bagi kemajuan, berupa nilai-nilai keluhuran budi yang memberi kekuatan yang luar biasa untuk maju menciptakan kebaikan-kebaikan. 

3. Apa bukti dari uraian di atas? Lihatlah atmosfer di media sosial, dan atmosfer di keseharian kita di luar media sosial. Di media sosial, orang diberi kesempatan untuk bereaksi cepat. Tapi dalam reaksi cepat itu, yang lebih mudah dicerna adalah keburukan, dan reaksinya adalah tulisan dan ungkapan yang menyebarkan keburukan, kebencian, dan sikap mempersoalkan. 

Berbeda dengan atmosfer di luar dunia digital. Ketika kita ingin bereaksi terhadap kata-kata atau perilaku orang lain, kita tidak sempat bereaksi cepat, karena orang itu sudah berlalu. Saudara, teman, dan rekan kerja, tidak selalu berada di samping kita, sehingga reaksi cepat tidak selalu bisa terjadi. Ketika kita akhirnya bertemu mereka, maka kata-kata, sikap, tindakan, dan informasi lain yang menyerbu sel-sel otak kita, sudah sempat terendapkan, dan berproses melalui perenungan tanpa kita sadari. 

Nah, interaksi non-digital inilah, yang justru meredam keburukan, kemarahan, kebencian, dan sebaliknya memberi kesempatan untuk mengenali niat baik, sikap baik, dan tindakan-tindakan yang baik. 
Perhatikan pula sosok orang-orang yang hadir di media sosial. Mereka yang reaktif menanggapi bebagai cerita dan berita, adalah mereka yang merusak atmosfer pertemanan dan persaudaraan. Sebaliknya mereka yang lebih sering menghapus dan membatalkan komentar, dan berkomitmen untuk lebih sering, 20 kali lebih sering, mengapresiasi kebaikan dan menulis tentang kebaikan, dibanding mengomentari keburukan, adalah mereka yang menciptakan atmosfer kemajuan.

Mereka yang terakhir ini, sering membatalkan komentar, ketika megenali munculnya kekesalan, kemarahan, dan kekecewaan yang tumbuh dalam hati, sekecil apapun itu. Mereka hanya menulis, saat yakin bahwa keadaan hatinya dalam keadaan baik. 

PENUTUP
Saya percaya, puncak peradaban yang luhur akan tercipta, justru oleh orang-orang yang tidak diserap oleh dunia digital. Mereka mampu memilah pemanfaatan teknologi digital, hanya untuk sesuatu yang telah direncanakan dengan baik. Mereka menolak untuk reaktif dalam hubungan sosial lewat teknologi digital. Mereka menolak untuk berinteaksi secara digital, ketika suasana hati tidak mendukung. 

Orang yang akan menciptakan puncak peradaban masa depan, adalah mereka yang berdisiplin untuk menciptakan kesempatan, untuk mengosongkan pikiran dalam keheningan diri. Yaitu mereka yang meninggalkan dunia digital secara teratur, untuk mengaktifkan sel-sel otak yang bekerja dalam keheningan dan perenungan. Hanya sel otak inilah yang punya kemampuan untuk mengenali niat-niat luhur, dan memotivasi penciptaan kebaikan-kebaikan, dan keindahan. 
Sumber : Status Facebook Muhamad Abdulkadir Martoprawiro

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed