by

Para Pendakwah

Oleh : Gunadi

Pendakwah itu juga manusia yg punya fantasi, obsesi dan kepentingan. Silakan aktifkan “filter” kita dengan pola pikir rasional jika ingin mengikuti ceramah2 agama krn masih banyak pendakwah agama yg Tawadlu dan berakhlak mulia, ditengah kepungan ceramah2 yg melempar pikiran kita “jumud” ke belakang. Masih banyak penceramah2 sejuk, yakni mereka yg masih memegang teguh “ruh” agama paling dasar: “kedamaian dan kemanusiaan”.

Tapi tahun2 belakangan ini paling sering gue denger penceramah2 tsb berbicara melulu soal si baik dan si buruk. Yg rajin shalat vs yg meninggalkan shalat. Yg sering beramal dibanding2kan dgn mrk2 yg pelit. Yg rajin berpuasa dgn mrk yg enggan berpuasa di bulan puasa, dll, yg intinya adalah antara hitam dan putih. Sangat jarang gue mendengar ceramah2 yg membahas soal zona abu2, hitam nggak putih2 amat juga nggak. Pdhl faktanya manusia spt itu kan banyak di sekitar kita.

Tak sedikit orang yg rajin shalat tetapi juga rajin korupsi. Rajin beramal tapi rajin juga menipu orang lain. Berpuasa, tapi juga masih mau nerima uang pungli atau uang sogokan. Pekerjaannya guru agama tp malah merudapaksa santriwati2nya. Hobi bersedekah tapi juga nilep uang hasil donasi. Mengajak org2 umroh, tapi juga menipu sebagian dana mrk2 yg mau berangkat umroh. Fasih nyemburin dalil & ayat tp ujung2nya digunakan utk menipu umat, dll.

Hidup ini bukan spt sinetron, yg kalau jahat selalu digambarkan suka mabuk2an & doyan dugem. Sementara orang baik selalu digambarkan selalu rajin ke tempat ibadah & kerap mengenakan pakaian gamis. Padahal hidup tdk selalu spt itu. Sering gue mendengar ceramah yg buruk soal non muslim, tapi sedikit gue mendengar penceramah yg bercerita jujur bahwa bnyk juga non muslim yg mau berbuat baik kpd sesama. Spt Yayasan Budha Tsu Chi ini ketika membangun perumahan di Palu pasca bencana, dan tak sedikit non muslim yg membuka lapangan kerja yg membantu masyarakat umum bs mencari nafkah, dll.

Begitu juga jarang gue denger penceramah menjelaskan knp ada muslim yg mau berbuat jahat kepada sesama muslim, spt penipuan umroh & atau kasus perkosaan2 koq bs terjadi di pesantren2. Ada org2 muslim yg jelas2 ngebom gereja, cafe, hotel, dll masih aja diingkari bahwa para teroris itu tidak beragama, alih2 mengakui bahwa mrk2 tsb memang muslim, hanya mempunyai pemahaman yg salah kpd mrk2 yg kebetulan berbeda agama. Semuanya auto denial jika ada fakta yg mencoreng agama sendiri.

Yg namanya tokoh agama itu seharusnya berdiri di tengah2 umat, bukan malah berpihak kpd salah satu kelompok. Buat gue aneh klo ada penceramah sibuk ngendorse cabub, cawalkot, cagub, apalagi capres, krn dia kan tau di setiap calon ada pendukung2 yg juga beragama Islam, knp ngakunya ustad tp ceramah2nya malah memecah belah umat?

Alm Gus Dur mantan Presiden sekaligus kyai itu aja nggak pernah menghasut atau memprovokasi massanya utk tujuan politis, padahal dgn kapasitasnya sbg tokoh NU beliau sangat bisa kalau mau. Itu contoh sebenar2nya sosok ulama, bukan spt skrg ketika para bnyk politisi hobinya suka menebar kebencian antar sesama manusia dgn meminjam ujung lidah tokoh2 radikal penjual jasa ceramah.

Di dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang yang dihormati, dipuji, disegani, apalagi ditakuti. Tetapi jadilah seseorang yang berguna bagi siapa pun di sekeliling diri kita.

Kalau gue percaya, yg namanya penceramah itu adalah panduan sosok baik & buruk. Yg baik gue ikutin yg buruk gue tinggalin. Tuhan sdh memberikan kita otak & akal utk berpikir. Itu sebabnya perintah pertama dlm agama adalah Ikro, atau bacalah, bukan dengarlah! itu agar kita tidak mudah menjadi individu2 yg mudah diprovokasi dlm hidup.

Untuk bergerak maju hidup ini memang harus dikelola dengan ilmu pengetahuan (sains), bukan cuma dengan “iman”.

Sumber : Status Facebook Gunadi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed