Oleh: Satria Dharma
Negara Amerika Serikat telah memasuki masa keruntuhannya. Keruntuhan Amerika ini sudah lama diramalkan dan dibahas oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Dan tanda-tandanya semakin hari semakin tampak jelas. Kemerosotan Amerika sebagai negara super power bisa dilihat secara nyata dari semakin berkurangnya kekuatannya secara geopolitik, militer, finansial, ekonomi, demografis, sosial, moral, spiritual, budaya, perawatan kesehatan, dan/atau dalam masalah lingkungan. https://en.wikipedia.org/wiki/American_decline
Dominasi global Amerika Serikat di dunia jelas mendapat tantangan berat dari China. Amerika Serikat bukan lagi satu-satunya negara adidaya yang mendominasi di setiap wilayah di dunia. China telah bangkit untuk menantangnya. Menurut Indeks Kekuatan Asia 2021, di Asia, Amerika Serikat masih memimpin dalam hal kapasitas militer, pengaruh budaya, ketahanan, sumber daya masa depan, pengaruh diplomatik, dan jaringan pertahanan, tetapi tertinggal di belakang China dalam dua parameter: kemampuan ekonomi dan hubungan ekonomi. Kekuatan militer yang semakin menyusut, pengeluaran anggaran negara yang defisit, jangkauan geopolitik yang semakin berkurang, dan pergeseran kondisi moral, sosial, dan perilaku adalah fakta nyata kemerosotan Amerika. Sekedar info, selama ini Amerika Serikat mengeluarkan dana yang sangat besar untuk perangnya di mana-mana. Untuk Tahun Anggaran 2020 (FY2020), otoritas anggaran Departemen Pertahanan adalah sekitar $721,5 miliar ($721,531.000.000). Biaya perangnya di Afghanistan selama ini saja menghabiskan US$300 Juta per hari selama 20 tahun dan AS masih terus mengeluarkan dana sampai saat ini. Ini artinya $50.000 untuk setiap 40 juta penduduk Afghanistan. Dalam istilah lain, Paman Sam telah menghabiskan lebih banyak dana untuk menjaga Taliban dari kekayaan bersih Jeff Bezos, Elon Musk, Bill Gates dan 30 miliarder terkaya di Amerika, digabungkan. Uang sebanyak itu digunakan untuk berperang dan bukan untuk membangun negaranya dan mensejahterakan rakyatnya. Lalu apa yang diperoleh dari perang dengan Afghanistan tersebut? Konflik di Irak pada tahun 2003 telah merugikan Amerika Serikat sekitar US$1 triliun. Pemerintah AS menganggap pemilu di Irak, serta melatih personel militer untuk membantu menstabilkan kawasan itu, sebagai keberhasilan. Faktanya negara ini sampai sekarang tetap kacau dirusak oleh konflik dan teror. Untuk membantu perang Ukraina AS telah mengucurkan dana dengan total €43 miliar yang terdiri dari €24 miliar bantuan militer, €9 miliar bantuan kemanusiaan, dan €10 miliar dalam bentuk bantuan keuangan. Tidak jelas seberapa banyak dana dan sampai kapan AS harus membiayai perang di Ukraina tersebut. Hal ini bukannya membuat AS semakin kuat tapi justru semakin keropos. Semakin banyak negara yang mengecam dan antipati pada peran AS di Ukraina tersebut. Benar-benar kerugian ganda.
Tidak sulit untuk melihat kemerosotan ini dan ada sangat banyak tanda-tanda kehancuran Amerika yang bisa kita lihat dan ketahui dari bersliwerannya info dari negara itu sendiri. Ada beberapa tanda kehancuran yang sangat menyolok mata, yaitu: kalahnya AS melawan tentara Taliban dengan menyerahkan Afghanistan kepada para pemberontak tersebut, turunnya pamor Amerika di mata negara-negara lain dan semakin meningkatnya pengaruh China di dunia. Sementara itu di dalam negeri mereka menghadapi masalah yang semakin serius, yaitu semakin banyaknya tuna wisma di Amerika, semakin maraknya penembakan massal di sekolah-sekolah dan tempat umum, semakin meningkatnya kriminalitas dan perampokan di siang bolong serta tak berdayanya para aparat keamanan menghadapinya.
Bagi orang Amerika sendiri ada beberapa masalah besar yang menurut mereka menghadang kehidupan mereka. Biaya perawatan kesehatan adalah masalah terbesar bagi mayoritas orang Amerika. Rakyat Indonesia jauh lebih beruntung dengan program BPJS dari pemerintah yang sangat royal dan dermawan itu. Selain masalah kesehatan masalah yang sangat besar bagi mayoritas orang Amerika adalah defisit anggaran federal (49%), kejahatan kekerasan (48%), imigrasi ilegal ( 48%) dan kekerasan senjata (48%). https://www.pewresearch.org/…/americans-views-of-the…/
Kita dibuat kaget dengan banyaknya berita tentang tuna wisma di Amerika belakangan ini. Banyak bersliweran video kota-kota di Amerika Serikat yang dipenuhi dengan tenda-tenda tuna wisma di sepanjang jalan. Dulu pertama kali saya melihat hal seperti ini adalah ketika di New Delhi di mana saya melihat tenda-tenda berdiri di trotoar jalan dengan penghuninya adalah kebanyakan para ibu dengan anak-anaknya yang masih kecil. Mereka adalah keluarga para pekerja kasar pendatang di New Delhi yang terpaksa tinggal di tenda karena tidak mampu mengontrak rumah di kota. Di malam hari dengan cuaca yang dingin menggigit mereka terpaksa keluar dari tenda kumuh mereka untuk mencari perapian. Saya sangat miris melihat hal tersebut. Tapi apa yang terjadi di AS jauh lebih massif.
Berdasarkan statistik pada Januari 2020 di Amerika lebih dari 580.000 orang kehilangan tempat tinggal di mana sekitar 226.000 dari mereka tidur di luar, di mobil, atau di gedung yang ditinggalkan. Di New York City, dari 2.300 hingga 5.000 orang hidup di jalanan. Di San Francisco, hampir 1 persen dari 875.000 penduduk kota adalah tunawisma. Walikota London Breed mengumumkan keadaan darurat di distrik Tenderloin Desember lalu, setelah dipenuhi dengan kotoran manusia dan penggunaan jarum suntik. Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS mencatat bahwa “California memiliki sekitar 134.000 individu tunawisma, yang mewakili sekitar 24 persen dari total populasi tunawisma di negara ini”. https://theweek.com/briefing/1013082/living-on-the-streets
Mengapa orang menjadi tunawisma? Alasannya bervariasi, tetapi faktor yang menonjol salah satunya adalah penyakit mental: Pada 2015, seperempat dari semua tunawisma menderita gangguan mental serius seperti skizofrenia. Penggunaan narkoba dan alkohol juga merupakan faktor utama: Lebih dari sepertiga penghuni tempat penampungan tunawisma berjuang dengan gangguan penyalahgunaan narkoba. Sangat mengerikan dan menyayat hati. Sekedar informasi, masalah kecanduan narkoba adalah masalah yang besar di AS. Sebanyak 22 juta orang menderita penyakit gangguan penggunaan zat aktif. 45 juta orang terkena dampak langsung dari kecanduan. Menurut hasil survei National Survey on Drug Use and Health (NSDUH) untuk tahun 2020, 14,5% dari populasi AS (atau 40,3 juta orang) di atas 12 tahun memiliki gangguan penggunaan obat terlarang. Saat ini lebih banyak orang Amerika meninggal setiap tahun karena overdosis obat daripada kecelakaan kendaraan bermotor. Peningkatan kematian terkait penggunaan obat terlarang sangat tajam. Lebih dari 100.000 kematian overdosis didokumentasikan di seluruh AS dari April 2020 hingga April 2021. Artinya naik 28,5% dari tahun sebelumnya. Meski penyalahgunaan obat terlarang begitu tinggi tapi para pecandunya tidak bisa dipidanakan. “Tidak ada yang harus masuk penjara karena pelanggaran narkoba. Tidak ada yang harus masuk penjara karena penggunaan narkoba, mereka harus pergi ke rehabilitasi narkoba,” kata Joe Biden pada Selasa, 16 Februari 2021. Entah apakah kebijakan ini bisa mengurangi pengguna obat terlarang atau justtru akan meningkatkannya. Yang jelas rehabilitasi narkoba ini bakal menggerus dana pemerintah AS. Perkiraan biaya penyalahgunaan narkoba di Amerika Serikat—termasuk obat-obatan terlarang, alkohol, dan tembakau—lebih dari $740 miliar per tahun dan terus bertambah, menurut data yang dilaporkan oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA).
Tetapi menurut para peneliti faktor utama dari meningkatnya tuna wisma di AS adalah faktor kesulitan ekonomi, terutama biaya dan ketersediaan perumahan. Di banyak kota biaya perumahan meroket, dan sebuah studi di tahun 2018 ditemukan bahwa tunawisma meningkat di mana pun orang harus mengeluarkan lebih dari 32 persen pendapatan mereka untuk menyewa tempat tinggal. Jadi jika gaji seorang buruh hanya Rp. 4,5 juta maka 1,5 juta harus ia pergunakan untuk biaya tempat tinggalnya setiap bulan. Biaya untuk tempat tinggal di AS sangatlah tinggi dan cenderung terus naik.
Kemiskinan dapat memicu spiral kekerasan dalam rumah tangga, penangkapan oleh polisi, pemenjaraan, dan pengusiran, yang pada gilirannya akan menyebabkan penggunaan narkoba dan tekanan psikologis. Pandemi Covid menyebabkan lonjakan biaya perumahan dan peningkatan pengangguran, membuat hampir 600.000 orang Amerika kehilangan tempat tinggal pada tahun 2020. Bandingkan dengan negara kita yang akan terasa adem ayem dibandingkan dengan yang terjadi di sana.
Menurut sebuah studi Universitas Columbia, New York, AS jumlah warga Amerika Serikat yang hidup dalam kemiskinan bertambah sebanyak 8 juta orang sejak Mei 2020. BBC juga menulis, pada September 2020 tingkat kemiskinan mencapai 16,7 persen, naik dari 15,3 persen pada Februari 2020 dan 14,3 persen pada Mei 2020. Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, sebuah keluarga beranggotakan empat orang dengan penghasilan 26.200 dollar AS setahun atau kurang dari itu, dianggap hidup di bawah garis kemiskinan. Jumlah total orang di AS yang hidup dalam kemiskinan sebanyak 55 juta, termasuk 8 juta orang yang bergabung sejak Mei 2020. Pandemi telah menyebabkan lebih dari 20 juta orang AS kehilangan pekerjaan. Pandemi ini benar-benar menghajar negara AS secara ekonomi dan sosial.
Bagaimana mungkin sebuah negara yang dianggap sebagai negara terkaya di dunia bisa menghadapi masalah kemiskinan dan tuna wisma yang begitu parah dan akut? Sepanjang hidup saya di Indonesia belum pernah saya melihat ada keluarga yang mendirikan tenda atau gubuk di trotoar dan hidup sehari-hari di sana. Lalu apa artinya kekayaan sebuah negara jika rakyatnya semakin lama semakin banyak yang hidup di tenda-tenda yang didirikan di sepanjang trotoar jalanan kota?
Masalah besar lain di Amerika adalah kekerasan bersenjata. Kekerasan senjata di Amerika Serikat mengakibatkan puluhan ribu kematian dan cedera setiap tahunnya. Pusat Statistik Kesehatan Nasional Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan 38.390 kematian akibat senjata api, di mana 24.432 di antaranya karena bunuh diri. Pada tahun 2010, ada 19.392 kasus bunuh diri terkait senjata api, dan 11.078 kasus pembunuhan terkait senjata api di AS. Dibandingkan dengan 22 negara berpenghasilan tinggi lainnya, tingkat pembunuhan terkait senjata di AS adalah 25 kali lebih tinggi.[16] Meskipun memiliki setengah dari populasi 22 negara lainnya digabungkan, di antara 22 negara yang diteliti, AS memiliki 82 persen kematian akibat senjata, 90 persen dari semua wanita tewas dengan senjata, 91 persen anak-anak di bawah 14 tahun dan 92 persen orang muda antara usia 15 dan 24 tewas dengan senjata api, dengan senjata api menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Kepemilikan dan regulasi senjata adalah salah satu isu yang paling banyak diperdebatkan di negara ini. Di AS, adalah hal yang wajar apabila orang dewasa memiliki senjata api. Negara mengizinkan kepemilikan senjata api secara legal. Kepemilikan senjata api di AS dijamin oleh konstitusi negara tersebut. Dalam UU tersebut hak rakyat untuk memiliki dan membawa senjata, tidak boleh dilanggar. Jadi seorang anak berusia 18 tahun bisa memiliki senjata api. Itu sebabnya diperkirakan ada sekitar 400 juta senjata yang beredar di AS yang dipegang polisi, militer hingga warga sipil. Lebih rinci, 393 juta atau lebih dari 98 persen senjata api itu berada di tangan warga sipil. Angka ini setara dengan 120 senjata api per 100 warga negara.
Penembakan di Robb Elementary School di Uvalde, Texas, 24 Mei 2022 yang lalu, yang menewaskan 19 anak dan dua guru, sekali lagi menunjukkan kebrutalan kekerasan senjata di AS. Setiap hari, lebih dari 110 orang Amerika terbunuh oleh senjata dan lebih dari 200 orang terluka. Itu sekitar 20.000 kematian dan 36.000 cedera sepanjang tahun ini. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), total 45.222 orang meninggal karena cedera terkait senjata dari semua penyebab selama tahun 2020. Pada tahun 2020, 43% dari kematian – berjumlah 19.384 orang – adalah pembunuhan, menurut data dari CDC. Angka tersebut mewakili peningkatan 34% dari 2019, dan peningkatan 75% selama dekade sebelumnya. Hampir 53 orang tewas setiap hari oleh senjata api di AS, menurut data. Menurut FBI, ada 345 “insiden penembak aktif” di Amerika Serikat antara tahun 2000-2020, yang mengakibatkan lebih dari 1.024 kematian dan 1.828 luka-luka. Serangan paling mematikan, di Las Vegas pada 2017, menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 500 orang. https://abcnews.go.com/…/americas-gun-violence…/story…
Kejahatan kekerasan meningkat di kota-kota besar di seluruh Amerika. Fox News Digital memeriksa data kejahatan dari Baltimore, Chicago, Los Angeles, New York City, Philadelphia, Seattle dan Washington, D.C., dan menemukan kejahatan kekerasan telah meningkat di mana saja dari hampir 5% hingga 40% dibandingkan dengan waktu yang sama pada tahun 2021. Kejahatan kekerasan adalah pemerkosaan, penyerangan seksual, perampokan, penyerangan dan pembunuhan. Kejahatan kekerasan telah mencapai angka yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua tahun terakhir, dengan pembunuhan meningkat hampir 30% pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019. Semua kejahatan kekerasan juga naik untuk kali pertama dalam empat tahun, kata FBI dalam laporan kriminal tahunan yang dirilis pada Senin (27/9/2021).Pada tahun 2021, pembunuhan terus meningkat di kota-kota besar Amerika di seluruh negeri, dengan Dewan Peradilan Pidana merilis data pada bulan Januari menunjukkan peningkatan 5% dalam pembunuhan dibandingkan dengan tahun 2020 yang sangat berdarah. Kejahatan kekerasan secara keseluruhan naik 5,6 persen menjadi hampir 1,3 juta kasus. https://www.foxnews.com/…/major-cities-violent-crimes…
Mengapa ini bisa terjadi? Karena banyaknya senjata beredar di AS, dan lebih dari 81 juta penduduk memiliki senjata. Jadi Amerika Serikat terkena karma dari produksi senjata yang mereka hasilkan selama ini. Selama ini mereka terus memproduksi senjata untuk memerangi negara-negara yang mereka musuhi dan juga untuk mempersenjatai rakyat mereka dengan alasan untuk membela diri. Kini senjata-senjata tersebut berbalik memakan rakyatnya sendiri. Di mana-mana kita bisa melihat semakin banyak warga Amerika melenggang dengan membawa-bawa senjata api. Jadi kekerasan dengan senjata api bisa muncul dengan mudah dalam suasana hidup yang penuh himpitan di masyarakat. Perlu diketahui bahwa setiap tahunnya tercatat 20 juta kasus kejahatan di Amerika Serikat.
Kita patut bersyukur bahwa di negara kita kepemilikan senjata bagi wakyat sipil adalah sangat dibatasi dan dengan persyaratan yang sangat ketat. Meski Anda punya izin untuk memilikinya tapi menunjuk-nunjukkannya ke pada publik akan membuat Anda berhadapan dengan aparat keamanan.
Dengan fakta-fakta yang ada di atas kita bisa melihat bahwa masa kejayaan Amerika Serikat sebagai negara yang paling maju, paling unggul, aman, beradab, demokratis, dan kaya raya telah memasuki masa senjanya dan bakal terus merosot.
US is declining and China is replacing its position.
(Sumber: Facebook Satria Dharma)
Comment