Oleh : Saeful Huda Ems
Setelah kalah bertarung di PILKADA DKI Jakarta beberapa tahun lalu, Faisal Basri yang biasanya hanya terdengar kencang suara nyinyirnya itu, tak lagi dipedulikan orang, hingga kiprahnyapun baik di bidang ekonomi maupun politik semakin lama semakin tidak jelas. Mungkin seperti mantan pemimpin politiknya, Amin Rais yang hanya kerap mengumbar nyinyiran, para politisipun enggan untuk merangkul dirinya menjadi partner politik. Terlebih Presiden Jokowi, dari periode pertama hingga keduanya, sama sekali tidak pernah bersedia mengangkat Faisal Basri untuk menjadi salah seorang anggota kabinetnya.
Padahal kita semua tau, sudah berapa kilo meter panjangnya pernyataan demi pernyataan nyinyir Faisal Basri–kalau dijajar– tentang ekonomi dan politik Indonesia. Sepintas gaya penampilan fisik Faisal Basri yang biasa tampil sederhana memang bisa menimbulkan kekaguman, karenanya di awal era Reformasi ’98 Faisal Basri hampir dipercaya banyak orang sebagai sosok pemikir sosialis yang mumpuni. Namun apa boleh dikata, dialektika perjuangan yang panjang rupanya selalu mampu menyaring dan menyeleksi secara alamiah para pejuang dan pecundangnya. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang kerap membuat kebijakan bodoh, konyol dan sarat aroma korupsi sepertinya nyaris tak pernah dikritisi apalagi dilawan oleh Faisal Basri dan manusia sejenisnya, namun para pejabat istana kepresidenan khususnya di era Pemerintahan Jokowi ini malah dihujat dan difitnahnya.
Ini bagai pepatah, semut di sebrang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tak terlihat. Adakah berhala Anis Baswedan atau SBY di mata Faisal Basri?!.Di sebuah media online terpercaya, saya terkejut membaca pernyataan Faisal Basri yang meminta Presiden Jokowi memecat Kepala Staf Presiden, yakni Dr. Moeldoko dan Ali Mochtar Ngabalin. Sebab bagi Faisal Basri, Pak Moeldoko dan Bang Ali Mochtar Ngabalin itu kerap membuat kegaduhan. Celakanya, kegaduhan yang dimaksudkan oleh Faisal Basri itu adalah tindakannya Pak Moeldoko yang telah gagah berani melawan kediktatoran Trio Cikeas di Partai Demokrat, dengan mengikuti Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pada Maret 2021, yang diselenggarakan oleh para kader dan pendiri Partai Demokrat yang kontra kepemimpinan AHY.
Bukankah ini pernyataan Faisal Basri yang ngawur? Persoalan keterlibatan Pak Moeldoko di KLB itu merupakan hak politik pribadi Pak Moeldoko yang dijamin oleh konstitusi. Kenapa harus disalahkan?.Selain soal keterlibatan Pak Moeldoko di KLB Partai Demokrat, Faisal Basri juga menyalahkan Pak Moeldoko yang turut serta mensosialisasikan obat Invermectin sebagai obat mujarab untuk pengobatan virus Corona -19. Saya bertanya, apakah tindakan tanggap darurat dan berani yang dilakukan oleh Kepala KSP Dr. Moeldoko disaat negeri ini tengah bergelimpangan korban pandemi Covid-19 itu merupakan kegaduhan dan kesalahan?! Nyatanya, ikhtiar dari Pak Moeldoko itu telah memperoleh kesuksesannya, dimana setelah itu korban dari serangan pandemi Covid-19 ini turun drastis. Ini kan prestasi besar Pemerintahan Jokowi yang salah satunya dilakukan oleh Kepala KSP, yakni Pak Moeldoko?
Lalu apa prestasi dari Faisal Basri, adakah yang bisa dicatat oleh bangsa ini selain keberhasilan Faisal Basri dalam manfaatkan momentum politik Reformasi 98 yang pernah mempopulerkan namanya, sedangkan di saat Soeharto ketika masih berjaya, Faisal Basri tak pernah terlihat dan terdengar melakukan apa-apa?!… Ali Mochtar Ngabalin mengatakan Oposisi itu sampah, karena nyatanya suara-suara kaum oposisi sekarang ini tak ada sama sekali nilai pendidikan politiknya, yang ada dan terdengar hanyalah amplifikasi corong-corong para broker politik yang stres karena tak kebagian jatah kekuasaan, lalu mengapa Faisal Basri harus menuduh Bang Ali Mochtar Ngabalin telah membuat gaduh? Apakah karena suara Bang Ali Mochtar itu telah memecahkan gendang telinganya Faisal Basri yang congkak dan angkuh?
Apakah derap perjuangan Sang Jenderal Moeldoko yang telah merevolusi Partai Demokrat itu juga telah membuat tulang-tulang rusuk Faisal Basri yang telah lama digedor-gedor nafsu syahwat politiknya sendiri yang ingin diangkat jadi menteri oleh Pak Jokowi juga satu persatu mulai patah dan runtuh?! Keinginan untuk menjadi menteri memang hak semua orang, namun jangan sesekali ingin jadi menteri dengan cara menyinyiri orang. Berprestasilah dahulu baru jadi menteri kemudian, jangan nyinyir-nyinyir dahulu, nanti gak jadi menteri namun malah jadi gelandangan politik tak berkesudahan…(SHE).
Sumber : Status Facebook Saeful Huda Ems
Comment