Oleh : Ahmad Sarwat
Kalau ditanya ke saya zaman SMA, ayat apa yang paling favorit, pasti saya jawab ayat 120 Surat Al-Baqarah. وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al-Baqarah : 120). Ayat ini jadi modal saya dalam setiap kesempatan menyampaikan dakwah dan kajian. Maka saya hafal banget tentunya. Dan biasanya ayat ini saya kaitkan dengan zionisme internasional, 200 tahun perang salib, gerakan bawah tanah freemasonry serta konspirasi jahat berbagai kelompok musuh-musih Islam, seperti liberalis, sekuleris, nasionalis, LGBT, syiah, palangis, dan lainnya.
Mereka tidak akan pernah rela sebelum umat Islam murtad semuanya dan musnah tak bersisa. Ujung-ujungnya saya ajak semua boikot produk Yahudi. Dan biasanya saya ceritakan apa yang telah terjadi Spanyol di masa pemusnahan umat Islam. Semua itu biasanya saya kemas dalam judul materi keren seperti al-Ghazwul Fikri, Harakatul-Irtidad, dst. Tapi itu dulu banget, zaman saya berislam hanya bermodal semangat perang dan geregetan pengen bunuh orang. Astaghfirullah . . .
oOo
Lalu apa sih yang sebenarnya terjadi di masa kenabian dulu hingga sampai turun ayat 120 surat Al-Baqarah di atas?Penasaran akan hal itu, kitab pelajaran tafsir zaman kuliah di LIPIA dulu iseng saya kebat-kebet ulang, Tafsir Fathul Qadir karya Asy-Syaukani (w. 1250 H). Kebetulan ketemu pernyataan dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu sang mufassir ulung yang dibanggakan langsung oleh Nabi SAW. Berikut petikannya :
وأخْرَجَ الثَّعْلَبِيُّ عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ قالَ: إنَّ يَهُودَ المَدِينَةِ ونَصارى نَجْرانَ كانُوا يَرْجُونَ أنْ يُصَلِّيَ النَّبِيُّ ﷺ إلى قِبْلَتِهِمْ فَلَمّا صَرَفَ اللَّهُ القِبْلَةَ إلى الكَعْبَةِ شَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وأيِسُوا مِنهُ أنْ يُوافِقَهم عَلى دِينِهِمْ.فَأنْزَلَ اللَّهُ: ﴿ولَنْ تَرْضى عَنْكَ اليَهُودُ ولا النَّصارى﴾ الآيَةَ.
Rupanya ayat (Wa Lan Tardha) yang fenomenal itu terkait dengan proses pemindahan kiblat shalat. Asal tahu saja bahwa sejak awal disyariatkan, Nabi SAW diperintahkan shalat menghadap ke Baitul Maqdis. Selama di Mekkah 13 tahun sudah shalat menghadap Baitul Maqdis. Ditambah beberapa bulan setelah hijrah ke Madinah pun, shalqt masih menghadap Baitul Maqdis. Lalu atas kehendak Allah, kiblat dipindahkan ke Masjidil Haram Mekkah. فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِPalingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.(QS. Al-Baqarah : 144)
Melihat perubahan ini, kecewa lah orang Yahudi dan Nasrani. Sebab kiblat mereka yaitu Baitul Maqdis sudah tidak lagi dijadikan kiblat bagi kaum muslimin. Padahal dulunya mereka sudah terlanjur jumawa, membanggakan agama mereka sendiri sebagai agama yang benar. Dan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi SAW itu hanya bisa mengekor agama mereka. Buktinya, kiblat shalatnya pun masih ‘nebeng’ dengan kiblat mereka. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa sebelumnya mereka juga jumawa karena puasa Nabi SAW juga awalnya ikut puasa Yahudi, yaitu puasa 10 Muharram. Namun setelah itu diganti dengan puasa Ramadhan. Maka semakin kecewa lah Yahudi dan Nasrani kepada Nabi SAW dan para shahabat. Padahal semua perubahan itu datang dari Allah SWT. Kekecewaan Yahudi Nasrani itulah yang dikabarkan Allah SWT dalam ayat 120 Surat Al-Baqarah. Ungkapannya mengunakan diksi : wa lan Tardha (ولن ترضى عنك).
oOo
Tulisan ini tentu saja bukan untuk membatasi tafsir sepanjang zaman. Namun tidak salah juga kalau kita membandingkan tafsir masa kini dengan tafsir di masa kenabian. Setidaknya agar tidak terlalu terbawa nafsu syahwat dalam menafsirkan suatu ayat. Dan jangan terlalu subjektif dan bawa perasaan (baper) dalam penafsiran. Itu saja.
Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat
Comment